03 September 2008

Dialog Singa dan Kancil

"Katakan, kenapa engkau begitu gigih ingin menikahi putri kami?" Sang singa bertanya sambil menatap tajam ke arah si kancil.

"Berawal dari rasa kagum pada putri Anda, timbul rasa suka. Begitu kuat perasaan suka itu sehingga sulit untuk diredam. Bahkan, saat saya berniat melupakan perasaan itu, justru semakin kuat keyakinan saya bahwa ini bukan lagi perasaan suka, tetapi sudah berubah menjadi cinta. Ya, saya sangat mencintai putri Anda." Jawab si kancil mantap.

"Maka, tidak ada cara lain bagi saya selain menyatakan perasaan ini pada putri Anda. Meski tidak langsung, akhirnya putri Anda menerima saya setelah ia yakin bahwa perasaan ini bukan main-main." Kancil melanjutkan jawabannya.

"Setelah itu, kekaguman saya pada putri Anda semakin bertambah. Kelebihan-kelebihannya membuatnya semakin terlihat mempesona di mata saya" Kancil terus bicara seolah tak lagi mempedulikan sang singa di hadapannya.

"Di antara banyak kelebihan putri Anda,kejujurannya tidak menutup-nutupi kekurangan adalah hal yang paling saya kagumi." Kancil semakin fasih bicara.

"Benar, di hadapan saya putri Anda tidak hanya memperlihatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki. Dia juga secara jujur dan terbuka menunjukkan kelemahan-kelemahannya."

"Dan, saya pun memperlihatkan kekurangan-kekurangan saya kepadanya sehingga jika sekarang ini putri Anda bilang bahwa dia sangat mencintai saya, itu bukan karena dia hanya tahu kelebihan saya. Dia sangat memahami kekurangan saya"

"Jadi, saya dan putri Anda sudah sangat saling mengenal. Kami tidak hanya mengetahui kelebihan masing-masing. Yang lebih penting lagi, kami juga saling mengerti kekurangan masing-masing. Dan, dengan mengetahui kekurangan-kekurangan putri Anda saya tetap menyatakan bahwa saya sangat mencintai dia. Saya ingin menikahi putri Anda. Saya berjanji akan mencintai dia dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Saya yakin jika ditanya putri Anda juga akan bersedia saya nikahi karena dia mencintai saya dengan segala kekurangan dan kelebihan saya"

"Bolehkah saya bertanya pak?" ucap kancil.

"Apa?" jawab sang singa.

"Kapan Anda akan menikahkan putri Anda dengan saya?" kancil bertanya dengan senyum tersunggih di bibirnya.

"???? kami bahkan belum memberimu restu...!" kaget oleh pertanyaan kancil, sang singat sedikit berteriak.

"Saya yakin Anda orang yang baik pak. Saya yakin Anda ingin membahagiakan putri Anda. Dan saya yakin bahwa Anda yakin saya bisa membahagiakan putri Anda. Jadi, kapan Anda akan menikahkan kami???"


*Bersambung.....

Sepeda

Kejadiannya memang sangat cepat sehingga tidak ada yang bisa kulakukan.

Setelah berhasil mendapatkan apa yang diinginkan perampok itu pun pergi sambil terbahak-bahak. Tampak tidak ada sedikitpun rasa kasihan pada bapak tua itu yang masih mendekap tangannya yang terluka oleh sabetan celurit para penjahat itu. Pupus sudah harapannya untuk membeli sepeda. Padahal keinginan itu sudah begitu lama dipendamnya. Sejak mulai membangun rumah tangga dua belas tahun yang lalu keinginan itu sudah bergelayut di sudut hatinya. Dalam batinnya ia membayangkan akan bisa mencukupi kebutuhan keluarganya jika berhasil membeli sepeda. Recananya waktu itu ia ingin berdagang ke desa-desa terpencil. Pakaian atau apapun yang penting bisa ia jual di daerah yang jauh dari tempat-tempat belanja. Dengan hasil seadanya, pikirnya, ia pasti akan bisa mencukupi kebutuhan istri dan anak-anaknya.

Sedikit demi sedikit uang yang diharapkan itu pun terwujud. Tidak ada hari tanpa menabung. Mungkin kata itu pantas untuk menggambarkan keteguhan pak Sofyan mengumpulkan uang. Hasil jerih payahnya itu kini telah mencapai angka sepuluh juta, jumlah yang cukup untuk membeli sepeda baru. Namun apa mau dikata, sebelum dia sampai di dealer para penjahat telah keburu mendapatinya. Dan tanpa ampun uang itupun tanpa sisa diambil oleh mereka.

Kasihan. Andai saja para penjahat itu tahu betapa susahnya mengumpulkan uang sebanyak itu, mungkin mereka tidak akan tega merampasnya dari tangan Sofyan. Lagi pula uang sejumlah itu jika dibagi empat dan dibelanjakan oleh orang yang tidak merasakan beratnya mencari pasti akan cepat habis. Ah, betapa tidak adilnya dunia. Orang yang telah bekerja keras mencari rejeki halal tiba-tiba harus merasakan kehilangan. Tapi, eit, tunggu dulu. Dari warung di pinggir jalan dimana penjahat telah berhasil menggasak uang pak Sofyan terdengar suara radio yang sedang menyiarkan berita. Dan salah satu isi beritanya telah menyadarkan pak sofyan akan kemahaadilan tuhan.

“Pagi tadi seorang pengendara sepeda motor tewas menabrak tiang listrik di Jalan Gatot Subroto. Setelah diidentifikasi diketahui nama pengendara bernasib naas itu adalah Joko, 24 tahun. Menurut para tetangganya Joko memang masih belum pandai mengendarai sepeda. Kesaksian para tetangga korban itu dikuatkan oleh hasil identifikasi pihak yang berwajib bahwa sepeda itu masih tergolong baru.”

Alhamdulilllah, hanya uangku hilang sementara nyawaku tidak melayang. Begitu pikir sofyan sambil mengulum senyum meski dengan tangan terluka.