tag:blogger.com,1999:blog-17198033049191223782024-03-06T04:48:52.601+07:00MENCARI HIKMAHSELALU ADA HIKMAH DI BALIK PERISTIWAUnknownnoreply@blogger.comBlogger67125tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-61618711212151169392011-10-15T10:56:00.003+07:002011-10-15T11:25:09.762+07:00Ban Bocor<div style="text-align: justify;">Kemarin, saya mengalami <a href="http://mencari-hikmah.blogspot.com/">kejadian yang luar biasa</a>. Sebetulnya bukan cuma kemarin saya mengalami hal semacam itu. Sudah sering saya mengalaminya. Hanya saja, lebih seringnya saya tidak sempat menuliskannya. Dan kini, karena saya sedang online, maka saya sempatkan diri untuk menuliskan kejadian yang luar biasa itu.<br /><br />Begini ceritanya. Seperti biasa, ketika jam mengajar dan tanggung jawab lain di sekolah dirasa sudah selesai saya kerjakan, saya memutuskan untuk pulang. Tentu saja, masih seperti yang saya ceritakan <a href="http://mencari-hikmah.blogspot.com/2011/02/ngebut-demi-negara.html">di sini</a>, saya masih naik sepeda motor. Sekedar mengingatkan, jarak yang harus saya tempuh sekitar 25 km. Matahari masih sangat menyengat sehingga aspal jalanpun terasa sangat panas (untung saya sudah membeli lagi sarung tangan baru sehingga punggung tangan saya tetap putih :D).<br /><br />Di tengah perjalanan, tak ada kejadian yang tidak diharapkan. Tidak ada pengendara yang menyalip ugal-ugalan. Juga tidak ada orang yang menyeberang jalan sembarangan. Segalanya berjalan tertib dan teratur (andai tertib dan teratur telah menjadi sifat manusian Indonesia, pasti negeri ini sangat nyaman untuk ditinggali). Seperempat perjalanan, setengah perjalanan, tiga perempat perjalanan, hingga akhirnya tinggal beberapa meter lagi saya sampai di rumah. Tak ada kejadian yang tak diharapkan.<br /><br />Nyanyian dalam kepala saya semakin keras mengingat sebentar lagi akan berjumpa dengan buah hati yang sekecut apapun tetap saya ciumi (ya iyalah namanya juga anak sendiri, masih bayi lagi :D), ketika tiba-tiba 'dor', ban belakang motor saya bocor. Sedikit oleng, saya memelankan laju sepeda motor. Lalu berhenti sejenak untuk memeriksa apakah benar ban motor saya yang bocor. Memang benar, ban belakang saya sudah tidak berdaya. Dia tak lagi segagah ketika berangkat pagi harinya. Kini dia tampak lesu, lemah, dan tak bergairah. Diajak bercandapun dia tak menanggapi. Duh, kasihan sekali...<br /><br />Karena iba dengan keadaannya, saya memutuskan untuk tidak menunggangi sepeda motor lagi meskipun tinggal beberapa tarikan gas lagi saya akan sampai rumah. Tunggangan saya itu saya tuntun dengan mesra, meski sedikit terpaksa. Satu langkah, dua langkah, tiga langkah, dst... hingga akhirnya saya pun sampai di rumah bermandikan peluh, dan bertemankan pegal. Tak ada kata-kata yang keluar dari bibir manis saya :D. Tak ada keluhan, tak ada pula umpatan.<br /><br />"Lho, bagian mana yang luar biasa, katanya kejadian luar biasa?" demikian mungkin Anda bertanya. Saya memang sengaja tidak menunjukkan bagian mana yang menurut saya luar biasa. Saya ingin Anda yang menebak.<br /></div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-77013717308394593632011-03-10T20:35:00.002+07:002011-10-19T19:30:06.237+07:00Menciptakan Kebahagiaan<div style="text-align: justify;">Siapa sih di dunia ini yang tidak ingin hidup bahagia? Saya yakin tidak ada satu orang pun yang akan mengacungkan jarinya jika pertanyaan itu diajukan pada mereka. Sebab memang tidak ada satu orang pun di dunia ini yang mengharapkan hidup dalam kesengsaraan. Bahkan seorang sufi pun tidak pernah menginginkan menjalani kehidupan yang penuh kesengsaraan. Mungkin mereka hidup dalam kepapaan. Tapi meski dalam keadaan seperti itu mereka tetap mengejar kebahagiaan. Hanya saja kebahagiaan yang mereka kejar memang beda dari yang dikejar oleh orang awam seperti kita.<br /><br />Meski semua orang ingin hidup bahagia, toh kenyataan yang terjadi di dunia ini sering kali tidak sama seperti yang diimpikan. Seringkali kita justru hidup dalam penderitaan. Seringkali yang kita ingini tidak terwujud. Seringkali pula usaha yang kita lakukan untuk mencapai kebahagiaan tidak membawa kita pada keadaan yang kita tuju. Dan tentu saja itu bukan dunia hayal. Hal yang semacam itu memang bisa terjadi dan memang sering terjadi.<br /><br />Nah, yang menjadi masalah bagi kita bukanlah tidak terwujudnya impian kita. Yang justru menyakiti kita dan seringkali membuat kita terpuruk justru adalah sikap negatif kita menghadapi kegagalan. Sikap inilah yang memperparah dan menyakiti kita. Misalnya, saat kita ingin tulisan kita dimuat di surat kabar dan kenyataannya tulisan kita dianggap belum memenuhi kriteria untuk dimuat, ada sebagian kita yang tidak terpengaruh oleh kenyataan itu. Mereka tetap terus rajin menulis. Kegagalan untuk dimuat tidak menjadikan mereka patah arang. Akan tetapi, bagi beberapa orang lainnya, kegagalan semacam itu bisa benar-benar membuat mereka berhenti menulis. Mereka tidak menganggap kegagalan yang mereka alami sebagai sesuatu yang lumrah dan biasa terjadi. Mereka menyakiti diri mereka sendiri, mungkin dengan mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa memang mereka tak memiliki bakat menulis sehingga sampai kapanpun mereka mencoba mengirimkan artikel, tidak akan ada satupun tulisan mereka yang akan dimuat di surat kabar.<br /><br />Di antara dua orang di atas, tentu bisa dilihat siapa yang menjalani hidup bahagia dan yang mengalami penderitaan hidup. Meskipun sama-sama gagal, orang pertama tetap bahagia. Mereka tidak menganggap kegagalannya sebagai akhir dari segala-galanya. Mereka tetap hidup dengan optimis. Sementara itu, riwayat orang kedua sudah tamat saat kegagalan menjemput mereka karena mereka memang berpikir bahwa dengan kegagalan itu mereka sudah tamat.<br /><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-71791768468893563552011-02-11T11:34:00.002+07:002011-02-11T11:40:14.300+07:00Ngebut Demi Negara<div style="text-align: justify;">Mungkin Anda sekalian mengira saya akan menulis tentang Doni Tata, atau Dani Pedrosa, atau bahkan Valentino Rossi. Tidak, saya tidak akan menulis tentang mereka karena semua orang sudah tahu bahwa orang-orang itu adalah pembalap yang kerjanya ngebut dan dengan ngebutnya itu mereka bisa mengharumkan nama bangsa dan negara. Karena itulah, mereka sudah tidak perlu lagi diceritakan. Semua orang sudah tahu. Anda juga kan?<br /><br />Tapi, bukan hanya para pembalap MotoGP saja yang bisa ngebut demi bangsa dan negara? Ternyata, saya juga bisa melakukan itu. Dan lebih dari Rossi dan kawan-kawannya yang hanya ngebut sewaktu-waktu, saya hampir setiap hari ngebut demi negara :p<br /><br />Begini ceritanya. Hari-hari ini saya ngajar di sebuah sekolah SSN. Bukan Sekolah Standar Nasional, tapi Sekolah Sangat Ndeso. Letak sekolah ini cukup jauh dari tempat tinggal saya. Dengan naik sepeda motor berkecepatan sedang, perjalanan bisa ditempuh kira-kira 45 menit sampai satu jam.<br /><br />Tiap hari saya harus menempuh perjalanan dengan medan yang cukup berat itu. Sementara, di rumah saya juga sering kali harus menyelesaikan pekerjaan freelance yang biasanya saya kerjakan mulai dini hari. Di sinilah persoalannya mengemuka. Pekerjaan freelance saya itu seringkali mampu membius dan menceburkan saya ke rimba kata-kata (<a href="http://rengganis15.blogspot.com">Mbak Ririe</a>, pinjam kata-katanya ya?). Rasanya tanggung jika harus memutus keasyikan bergelut dengan kata-kata saat pekerjaan belum sempurna. Karena, seringkali kata-kata itu sulit untuk terlintas lagi jika sudah terputus oleh hal lain.<br /><br />Demi agar tidak merasa tanggung, saya pun biasanya memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu sebelum berangkat mengajar. Nah, inilah penyebab tindakan patriotisme saya. Keputusan untuk menyempurnakan pekerjaan itu membuat saya tidak menyadari bahwa jarum jam sudah melewati angka yang seharusnya. Dan ketika menoleh ke pojok kanan bawah komputer, baru lah saya sadar bahwa waktu sudah sangat muepet.<br /><br />Saking mepetnya, tidak ada cara lain agar tidak terlambat sampai sekolah, kecuali NGEBUT. Maka, seperti itulah yang saya lakukan hampir setiap hari: Ngebut pagi-pagi di medan yang cukup berat demi agar tidak terlambat sampai sekolah dan bisa memberi pelajaran tepat waktu. Nah, bukankah ngebut saya ini adalah demi Bangsa dan Negara :D (Narsis mode: ON)?</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-68882352175388908042009-11-22T12:45:00.001+07:002009-11-22T12:45:13.053+07:00Loving The UnexpectedHari-hari ini pencari hikmah sedang dihadapkan pada pekerjaan yang tak<br>diharapkan seperti ketika dulu dia memutuskan untuk mengambil<br>pekerjaan itu. Agar Anda semua penasaran, saya tidak akan menjelaskan<br>pekerjaan yang saya maksud. Yang jelas, bayangannya dulu mengenai<br>pekerjaan itu sangat ideal. Sedikit bocoran, dulu si pencari hikmah<br>membayangkan bahwa dengan mengambil pekerjaan itu dia akan bisa<br>membantu kolega-kolega seprofesi untuk lebih profesional dalam<br>bekerja. Kenyataannya, kini dia, mungkin karena terlalu dipercaya oleh<br>para koleganya, justru tidak memiliki waktu untuk meningkatkan<br>profesionalismenya sendiri. Coba Anda bayangkan, bahkan untuk<br>meningkatkan profesionalismenya sendiri saja tak ada waktu, apalagi<br>membantu orang lain agar lebih profesional. Kenapa bisa demikian?<br>Baiklah, itu semua karena dia 'terpaksa' mengerjakan pekerjaan yang<br>sebenarnya bukan bidangnya. Akan tetapi, jika dia tak mengambil<br>pekerjaan itu maka akan banyak yang menjadi korban. Karena itu,<br>meskipun awalnya dia mengerjakan pekerjaan ini setengah hati, demi<br>kepentingan orang banyak diapun rela mengerjakan yang kurang<br>disukainya itu.<br>Tentu saja, bekerja setengah hati akan memberi hasil yang<br>setengah-setengah. Untuk itu, dia bertekad dalam hati untuk mulai<br>menjalankan tugasnya itu dengan penuh cinta. Dan, untuk tujuan<br>memotivasi diri, pencari hikmah pun membuat motto baru untuk hidupnya:<br>I LOVE TROUBLE, I LOVE THE UNEXPECTED.<br>Cheers!!!Unknownnoreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-7046016994638449402009-11-21T13:45:00.001+07:002009-11-21T13:45:44.681+07:00MaafPara pengunjung sekalian, baik yang sengaja datang maupun yang<br>'kesasar' sampai di blog ini, saya, pencari hikmah, dengan ini memohon<br>maaf setulus-tulusnya jika yang Anda dapati di blog ini hanyalah<br>postingan-postingan jadul alias kadaluarsa. Banyak alasan yang bisa<br>saya sampaikan. Tapi, ijinkan saya jujur bahwa tak diupdatenya blog<br>ini adalah karena ghirah ngeblog saya belum tumbuh lagi. Mohon<br>dimaklumi. Tapi saya berjanji bahwa suatu saat blog ini akan kembali<br>saya urus dan sering saya update. Sekian.<p>Terima kasih,<br>PCUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-1214114857729211532009-04-30T18:09:00.000+07:002009-05-01T01:12:02.514+07:00Calon Penghuni SurgaDiriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa salah satu calon penghuni surga adalah ‘dua orang manusia yang bertemu dan berpisah karena Allah’. Saya yakin Anda semua pernah membaca atau mendengar ini. Karena itu, saya ingin bercerita sedikit mengenai pemahaman baru saya terhadap hadits ini yang mungkin saja berbeda dari pemahaman Anda selama ini.<span class="fullpost"><br /><br />Sebelumnya, yang perlu digarisbawahi dari pernyataan di atas adalah frasa ‘bertemu dan berpisah karena Allah’. Tentu saja kata ‘bertemu’ dan 'berpisah’ di sini tidak digunakan secara denotatif yang berarti ‘bersama dan berjauh-jauhan secara fisik’. Kenapa demikian? Karena, jika makna ini yang dimaksudkan oleh dua kata tersebut, maka akan menunjukkan betapa mudahnya untuk mendapat predikat sebagai calon penghuni surga. Padahal, dalam konteks keagamaan, mencapai surga merupakan salah satu pencapaian tertinggi manusia yang tentu saja hanya bisa diraih dengan usaha yang berat. Seperti halnya untuk bisa menjadi pintar seseorang harus giat belajar, atau sebagaimana untuk jadi kaya seseorang harus kerja keras, untuk menjadi calon penghuni surga seseorang juga harus berjuang keras.<br /><br />Berdasarkan alasan di atas, saya berkesimpulan bahwa kata ‘bertemu’ di sini mengandung makna konotatif ‘saling mencintai’ sedangkan ‘berpisah’ memuat arti ‘saling melepaskan’. Kedua makna konotatif ini jelas-jelas lebih sesuai dengan kriteria calon penghuni surga karena keduanya sama-sama berat untuk dilakukan. Nyatanya, tidaklah mudah untuk mencintai seseorang karena Allah. Demikian juga sangat sulit untuk berpisah dari seseorang yang dicintai karena Allah. <br /><br />Selain itu, yang juga perlu dijelaskan dari pernyataan di atas adalah frasa ‘dua orang manusia’. In my humble opinion, frasa tersebut tidak mengacu semata-mata pada dua orang dengan jenis kelamin berbeda alias laki-laki dan perempuan, atau cowok dan cewek. Frasa ini juga bisa mengacu pada dua orang berjenis kelamin sama yang saling mencintai dan saling melepaskan dalam konteks persahabatan atau persaudaraan. Contoh mudahnya adalah persaudaraan yang terjalin antara sahabat muhajirin dan anshor pada masa Rasulullah. Namun demikian, dalam catatan ini saya hanya akan mengulas aplikasi pernyataan di atas dalam konteks hubungan antara laki-laki dan perempuan alias konteks percintaan.<br /><br />Nah, bagaimanakah implementasi pernyataan tersebut dalam konteks percintaan? Bagaimanakah ‘saling mencintai dan saling melepaskan karena Allah’ ini berlaku dalam hubungan romantis yang melibatkan perasaan cinta? Lebih terperinci lagi, bagaimanakah dua orang (laki-laki dan perempuan) bisa saling mencintai karena Allah dan juga saling melepaskan karena Dia?<br /><br />Tentu saja tidak mudah untuk menjelaskan jenis percintaan dan perpisahan yang didasari oleh dorongan penghambaan pada sang Khaliq. Saya yakin psikolog berpengalaman pun akan kesulitan membedakan percintaan dan perpisahan yang didorong oleh keikhlasan dan yang dilandasi oleh hal lainnya. Karenanya, saya yakin apa yang akan saya utarakan ini pasti akan memicu pro kontra dan saat menulis ini saya sudah siap menghadapi dan menerima ketidaksetujuan Anda asal disampaikan dengan cara yang baik dan tentu saja dilandasi alasan yang masuk akal nan logis.<br /><br />Bagi saya, percintaan karena Allah adalah setiap hubungan percintaan yang didasari oleh niat baik dan yang memiliki tujuan baik. Di sini saya menggunakan istilah niat baik dan tujuan baik dengan pemahaman bahwa niat dan tujuan tersebut memenuhi kriteria sebagai niat dan tujuan yang diridhoi Allah. Keduanya (niat dan tujuan) harus ada dan menjadi dasar hubungan percintaan di antara dua insan. <br /><br />Konkretnya, menurut hemat saya percintaan yang dilandasi oleh niat baik adalah percintaan yang diniati untuk saling mengenal dan menyesuaikan watak pasangan. Sementara itu, tujuan yang baik dari hubungan semacam itu adalah untuk membina rumah tangga melalui pintu pernikahan. Bisa dilihat di sini bahwa keduanya harus selalu ada dan saling melengkapi. Niat atau tujuan baik saja tidaklah cukup. Niat untuk mengenal watak pasangan saja tidaklah memadahi jika tidak dilengkapi dengan tujuan untuk menikah. Begitu pula tujuan untuk menikah saja tidaklah cukup tanpa adanya niat untuk saling mengenal dan menyesuikan watak pasangan.<br /><br />Sampai di sini, bagi Anda yang saat ini sedang dalam masa ‘berpacaran’ coba dech tengok ke dalam lubuk sanubari Anda. Korek-koreklah nurani Anda untuk mencari tahu apakah hubungan yang selama ini Anda bina dengan pasangan Anda sudah didasari oleh niat dan tujuan yang baik setidaknya seperti yang sudah saya tuliskan di atas. Jika niat dan tujuan semacam itu telah mendasari hubungan Anda, jaga dan sterilkanlah keduanya. Jangan biarkan niat-niat ‘jahat’ menyusup dan mempengaruhi pikiran Anda sehingga membelokkan niat baik Anda. Sebaliknya jika ternyata selama ini niat dan tujuan Anda tidaklah mulia, mulai sekarang luruskanlah niat Anda. Buanglah jauh-jauh pikiran nista dari kepala Anda.<br /><br />Dalam konteks ini ada satu pepatah lama yang menurut saya relevan: tanamlah padi dan perhatikanlah rumput pasti akan ikut tumbuh. Tanamlah rumput, dan awasi tidak ada padi yang ikut tumbuh. Maka, landasilah percintaan Anda dengan niat dan tujuan baik, karena saat niat dan tujuan Anda baik pun, hal-hal yang tidak baik pasti akan ikut mewarnai hubungan Anda. Sebaliknya, jika Anda sudah melandasi hubungan percintaan Anda dengan niat tak baik, jangan harap hal-hal baik akan mewarnai hubungan Anda.<br /><br />Selanjutnya, apakah yang dimaksud dengan saling melepaskan karena Allah? Masih dalam konteks hubungan percintaan, secara sederhana frasa ini bisa dijelaskan demikian: secara sadar memutuskan dan mengakhiri hubungan romantisme di antara dua pasangan saat keduanya masih saling mencintai dengan pertimbangan demi kebaikan bersama. Bentuk dari 'kebaikan bersama' dalam konteks ini bisa bermacam-macam. Bisa jadi setelah berusaha saling mengenal dan berusaha menyesuikan watak, keduanya sama-sama merasa mendapati ketidakcocokan watak yang terlalu jauh yang jika dipaksakan untuk dilanjut ke jenjang pernikahan justru akan membahayakan kelanggengan pernikahan itu sendiri. Mungkin juga perpisahan itu disebabkan oleh faktor eksternal semisal tiadanya restu dari orang tua sehingga jika hubungan itu dilanjutkan akan menyakiti perasaan mereka. Nah, saat sepasang kekasih memutuskan untuk berpisah dengan alasan-alasan seperti ini, saat itulah mereka sedang mempraktikkan ‘saling melepaskan karena Allah ‘.<br /><br />Hanya saja, terkait dengan restu orang tua ada beberapa hal yang harus dicatat. Jika alasan orang tua tidak merestui pernikahan tersebut sesuai dengan syariah semisal calon pasangan si anak terbukti sebagai orang munafik atau kafir atau musyrik, maka si anak yang menolak mengakhiri hubungan percintaan tersebut masuk ke dalam kategori anak durhaka. Namun, jika alasan orang tua tidak dibenarkan oleh syariah, misalnya, karena calon suami atau istri dari si anak berasal dari keluarga yang derajat sosialnya lebih rendah dari derajat sosial mereka sehingga mereka merasa malu jika mendapat menantu dari kalangan tersebut, maka si anak yang menolak untuk mengakhiri hubungannya dengan sang pasangan tidak bisa dimasukkan ke dalam kategori anak durhaka. Justru, jika dengan alasan seperti itu orang tua tetap memaksa anaknya untuk mengakhiri hubungan percintaannya dengan sang pasangan, maka mereka sendirilah yang mendapat predikat orang tua durhaka.<br /><br />Nah, bagi Anda yang merasa pernah mengakhiri hubungan dengan seseorang, ingat-ingatlah apa alasan yang mendasari keputusan Anda itu. Jika alasan Anda memang demi kebaikan bersama, maka menurut saya Anda patut mendapatkan predikat calon penghuni surga. Namun, jika ternyata Anda memiliki alasan lain, maka saya tidak tahu harus menyebut Anda apa.<br /><br />Akhir kata, ternyata percintaan pun bisa mengantarkan kita menjadi calon penghuni surga. Cukup luruskan niat dan tujuan Anda saat membina hubungan dengan seseorang. Dan jika Anda harus mengakhiri hubungan itu, landasilah perpisahan Anda dengan alasan demi kebaikan.<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-85207081180140170352009-04-24T21:15:00.001+07:002009-04-24T21:15:56.142+07:00Avatar di Rumah KamiJika Anda termasuk penggemar film animasi dan gemar menontonnya di televisi, saya yakin nama Aang tidaklah asing di telinga Anda. Benar, Aang adalah salah satu nama tokoh dalam serial animasi Avatar yang di putar tiap hari minggu pagi di salah satu televisi swasta. Dan jika Anda benar-benar penggemar serial ini, Anda tentu sudah paham bahwa Aang adalah sang Avatar ke sekian yang digadang-gadang akan dilahirkan di dunia untuk membawa kedamaian bagi seluruh umat manusia.<span class="fullpost"><br /><br />Nah, bagi Anda yang kurang begitu menyukai serial animasi ini, ijinkan saya memberi sedikit penjelasan pengantar. Di dalam serial ini, digambarkan bahwa pada awalnya dunia diliputi oleh kedamaian meskipun terdapat empat kerajaan berbeda yakni kerajaan air, kerajaan api, kerajaan udara, dan kerajaan bumi. Masing-masing penguasa keempat kerajaan ini menguasai kemampuan khos. Kerajaan Api memiliki ilmu pengendali api, kerajaan air berkuasa mengendalikan Air, kerajaan udara memiliki kemampuan untuk mengendalikan udara, dan begitu pula kerajaan bumi memiliki kekuatan untuk mengendalikan bumi. Keempat kerajaan tersebut bisa hidup damai karena di masa itu terdapat satu orang yang menguasai ilmu khos dari keempat kerajaan tersebut. Avatar, julukan orang itu, memiliki kemampuan untuk mengendalikan api, air, udara, dan juga bumi. Dengan kemampuannya itu dia menjadi symbol yang menyatukan berbagai kerajaan yang berbeda.<br /><br />Singkat cerita, bersama perginya sang Avatar, hilang pula kedamaian dunia. Perang antar kerajaan segera dimulai. Di antara keempat kerajaan itu, kerajaan api lah yang memulai perang dan berhasil menjadi kerajaan terkuat. Seolah sudah menjadi kodrat alam, yang terkuat selalu berusaha mendominasi. Tak ayal, dengan ambisi menjadi penguasa dari segala kerajaan, kerajaan api terus menerus memerangi kerajaan lain.<br /><br />Pada saat itulah, muncul seorang anak kecil bernama Aang yang terlahir dari kerajaan udara. Dialah yang diramalkan menjadi Avatar berikutnya. Dengan bantuan teman-temannya yang berasal dari tiga kerajaan lainnya, Aang pun mulai mempelajari ilmu pengendali api, air, dan bumi. Tentu saja kemunculan Aang sang Avatar menjadi berita tak menyenangkan bagi kerajaan api. Jika Aang benar-benar menjadi Avatar maka ambisi kerajaan api untuk menguasai dunia pun di ambang bahaya. Maka, sejak mendengar kemunculan Aang, misi utama kerajaan api adalah untuk menangkap dan memusnahkan Aang.<br /><br />Well, kira-kira demikianlah alur cerita film Avatar. Dan meski beberapa minggu lalu serial film ini sudah berakhir dengan ending yang sangat memuaskan, di dalam tulisan ini saya tidak akan membahas dan mereview keseluruhan cerita atau pun mengkritisi dan memuji film ini. Di sini saya hanya akan mengait-ngaitkan fenomena Avatar dengan kehidupan nyata dan kehidupan saya. <br /><br />Nah, jika dikaitkan dengan dunia nyata, tentu saja Avatar hanyalah sebuah simbol yang sengaja diciptakan untuk mengkasatmatakan kekuatan tak kasat mata yang bisa mendamaikan dunia. Di wilayah keagamaan, Avatar mungkin bisa disamakan dengan juru selamat. Sementara itu, dalam dunia pewayangan, Avatar bisa jadi sejajar dengan tokoh Semar. Intinya, Avatar, Juru Selamat, ataupun Semar adalah wujud yang tercipta dari pengakuan manusia akan kekuatan supranatural yang bisa menjaga umat manusia dalam kehidupan yang teratur dan beraturan sehingga melahirkan kedamaian. <br /><br />Dalam konteks yang lebih sempit, dalam hal ini keluarga saya, Avatar hanya berwujud manusia biasa yang bisa dilihat dan disentuh. Meskipun dalam wujud yang demikian, Avatar di rumah saya ini menguasai ilmu pengendali api, air, bumi, dan udara. Dengan penguasaan keempat elemen dunia ini, dia benar-benar bisa membawa ketenangan dan kedamaian.<br /><br />Sampai di sini apakah Anda sekalian bisa menebak siapakah sang Avatar yang telah membawa ketenangan di rumah saya itu? Dan, apakah Anda tahu bagaimana dia mempraktikkan kemampuannya mengendalikan api, air, bumi, dan udara?<br /><br />Baiklah, tidak perlu berpanjang lebar, sosok yang saya maksudkan adalah kakak ipar saya, istri kakak saya. Sekedar informasi, saya memiliki tiga saudara, dua kakak dan satu adik. Kebetulan, kami berempat berjenis kelamin laki-laki. Plus seorang ayah, rumah kami benar-benar diisi oleh para pria. Seperti yang bisa Anda tebak, rumah kami terasa kurang lengkap. Anda tentu tahu bahwa kurang lengkapnya hidup keluarga kami itu disebabkan oleh tiadanya sosok perempuan. Maka, meskipun secara otomatis kami berempat dituntut untuk mandiri sejak kecil, kehadiran sosok perempuan di keluarga kami merupakan hal yang kami semua tunggu-tunggu.<br /><br />Dan saat yang kami nanti-nantikan itupun benar-benar datang saat kakak tertua saya menikah. Kehadiran kakak ipar pertama saya ini sungguh mengubah secara drastis hidup keluarga kami. Keluarga yang dulunya terasa kering kini menjadi begitu nyaman ditinggali. Ya, kakak ipar pertama saya ini benar-benar bisa menjadi Avatar pertama di rumah kami. Dia begitu lihai mengendalikan bumi, udara, air, dan api sehingga ketentraman bisa kami rasakan. Mungkin Anda bertanya bagaimana cara kakak ipar saya mempraktikkan keempat ilmu pengendali. Nah, biar Anda semua tidak penasaran, beginilah caranya menjadi Avatar di rumah kami. <br /><br />Dia mengendalikan bumi dengan cara menata, merawat, dan membersihkan lantai dan sekeliling rumah kami. Kakak ipar saya lah yang menjadikan rumah kami nyaman ditinggali dengan senantiasa membuat lingkungan begitu asri. Trus, dia mengendalikan udara dengan cara menata rumah seisinya. Dialah yang selain membersihkan rumah juga menata perabot dan kawan-kawannya dengan lihai sehingga rumah kami yang sebetulnya sempit menjadi begitu lega. Nah, saat berurusan dengan kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman, dan kebersihan, kakak ipar saya harus menggunakan ilmu pengendali air dan api. Ya, untuk memasak dia harus bisa mengendalikan air dan api.<br /><br />Itulah Avatar di rumah kami. Dan seperti Avatar yang mau tidak mau harus digantikan oleh Avatar berikutnya, saat kakak ipar pertama saya harus pergi meninggalkan rumah kami untuk membina keluarga sendiri, datanglah kakak ipar saya selanjutnya. Layaknya Aang yang harus melanjutkan tugas Avatar sebelumnya, kakak ipar saya yang kedua pun melanjutkan tugas kakak ipar pertama untuk menentramkan rumah kami. Pertanyaannya, bagaimanakah dengan keluarga Anda? Adakah sosok Avatar yang menjadi penentram di rumah Anda?<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-70136162850277640802009-03-29T20:42:00.001+07:002009-03-29T20:42:51.831+07:00Di Sebuah TerminalSembari tersenyum, pencari hikmah bergumam 'ternyata benar hanya Dia<br>yang tidak pernah meninggalkanku dan selalu menyayangiku di manapun,<br>bagaimanapun, dan sampai kapanpun'.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-29987783204289331532009-03-28T11:37:00.001+07:002009-03-28T11:37:54.310+07:00Memiliki KehilanganYups, judul postingan ini sama persis dengan judul lagunya grup band Letto. Harus saya akui, grup band yang satu ini merupakan salah satu band yang saya suka. Bukan hanya karena aransemen musiknya yang mendayu-dayu dengan melodi yang menarik hati, ketertarikan saya pada band yang vokalisnya merupakan putra dari budayawan Emha Ainunnajib ini lebih disebabkan oleh dalamnya makna dari tiap lirik lagunya. Dan Memiliki Kehilangan merupakan salah satu lagu yang liriknya sangat dalam sehingga mau tidak mau pada saat mendengarnya ada secercah kesadaran religius yang muncul di benak saya.<span class="fullpost"><br /><br />Kalau Anda juga penggemar Letto, saya yakin Anda hafal lirik lagu ini. Namun, jika Anda bukan salah satu penggemar Letto, akan tetapi penasaran seperti apa liriknya, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena saya tidak akan menuliskannya di sini. Lho kok? Iya, saya tidak akan menuliskannya di sini karena hanya akan mengurangi porsi inti tulisan. Lagian, jika Anda benar-benar ingin mengetahuinya cukup Anda cari di Google. Gampang tho? <br /><br />Cukup sudah uraian mengenai keterkaitan postingan kali ini dengan grup band Letto. Kini, tibalah saatnya saya mengulas sedikit tentang topic tulisan kali ini, yakni kehilangan. Benar, saya terdorong untuk menuliskan hal ini karena saya sedang merasa sangaaaaat kehilangan. Bukan harta benda atau pekerjaan. Bukan pula harga diri atau wibawa. Saya hanya sedang kehilangan separuh dari jiwa saya. Iya, saat ini saya hanya hidup dengan separuh jiwa. Separuhnya lagi entah terbang dan hilang ke mana. Yang jelas, saat saya membuat tulisan ini, jiwa saya tinggal separo. Atau kalau mau didramatisir, saya bahkan tidak yakin kalo jiwa yang saat ini bersama saya tinggal separo. Mungkin saja lebih kecil dari itu. Terdengar dilebih-lebihkan ya? Biarin, yang penting saya jujur dengan apa yang saat ini sedang saya rasakan. Nyawa saya memang masih ada. Akan tetapi, jiwa saya tidak lagi sepenuhnya bersama saya.<br /><br />Karena itulah, saya merasa kehilangan. Seperti kata Letto bahwa kita hanya akan merasa kehilangan jika pernah merasa memiliki, begitu pula yang terjadi dengan saya. Saya merasa saat ini separoh jiwa saya hilang, karena dulu saya pernah merasakan penuhnya jiwa bersama seseorang. Terdengar norak ya? Sekali lagi biarin. Saya hanya ingin menyampaikan apa yang saat ini sedang saya rasa. Jika ada di antara Anda yang menganggap tulisan ini gombal semata, dengan senang hati saya mempersilahkan Anda untuk tidak melanjutkan membaca. Toh pada postingan berjudul Disclaimer saya sudah menyatakan bahwa blog ini akan menjadi tempat dimana saya akan mencurahkan segala yang saya rasa. Jadi, pliss jangan protes.<br /><br />Baiklah, mari kita lanjutkan. Jujur, kehilangan yang saya rasakan benar-benar mempengaruhi kehidupan saya. Kalau Anda mengamati dengan cermat blog ini, tanpa perlu saya beritahukanpun saya yakin Anda tahu bahwa blog ini juga terpengaruh oleh keadaan saya. Hitunglah, selama kurun waktu 9 bulan terhitung mulai bulan Juli 2008 sampai bulan Maret 2009 ini berapa banyak tulisan yang sudah saya buat dan saya posting di blog ini. Tidak banyak. Rata-rata dalam satu bulan saya hanya memposting dua tulisan. Bisa dilihat, dalam beberapa bulan saya bahkan tidak memposting satupun tulisan. <br /><br />Melihat itu, apakah Anda merasa penasaran? Iya, memang selama kurun waktu yang telah saya sebutkan di atas, saya sedang sangat sibuk. Banyak pekerjaan dan urusan yang harus saya selesaikan. Namun, bukan itu inti persoalannya. Saya tidak memposting tulisan bukan karena kesibukan saya, akan tetapi lebih karena pikiran saya yang kalut. Saya yakin Anda bertanya “kalut kenapa?” Saat itu saya kalut karena sedang menghadapi persoalan yang jelas-jelas akan membuat saya kehilangan seseorang. Seseorang ini bukan saudara, teman, atau kolega. Seseorang itu adalah perempuan yang telah menjadi bagian dari jiwa saya selama kurang lebih lima tahun terakhir. Bayangkan bagaimana rasanya menghadapi persoalan yang Anda tahu akan membuat Anda kehilangan belahan jiwa. Rasanya sungguh pedih, perih, dan menyesakkan. <br /><br />Kalau saja saya adalah orang lain yang easy going mungkin persoalan itu tidak akan begitu berpengaruh pada hidup saya. Kalau saja saya adalah cowok playboy yang suka mempermainkan perempuan demi kesenangan sesaat, mungkin masalah itu justru akan membuat saya happy. Sayangnya, saya bukan termasuk dari dua golongan di atas. Saya adalah tipe lelaki yang memikirkan segala sesuatu secara mendalam sehingga persoalan waktu itu benar-benar membuat saya oleng. Saya juga bukan termasuk playboy sehingga persoalan yang akan memisahkan saya dengan belahan jiwa sama sekali tidak memberi sedikitpun kesenangan. Hanya kepedihan. Iya, hanya kepedihan yang saya rasakan saat itu.<br /><br />Akibat kepedihan yang saya rasa itu, pikiran saya menjadi kalut. Seperti yang bisa Anda tebak, kekalutan itu membuat saya jadi linglung otak. Karena otak yang menjadi linglung, semangat kerja, semangat menulis, dan semangat belajar saya menguap. Karena itulah, selama kurun waktu yang sudah saya sebutkan di atas, blog ini seperti blog yang sudah tidak terurus dan sudah ditinggalkan oleh pemiliknya. Saya sadar itu justru merugikan saya. Akan tetapi, sungguh segala usaha yang saya lakukan untuk membangkitkan kembali semangat hidup saya sia-sia belaka. Saat inipun, saat saya menulis ini, semangat hidup saya belum kembali. Luka saya masih menganga. Terkadang, bahkan luka itu terasa disiram cuka manakala saya merindukan belahan jiwa (dan ini terjadi hampir tiap saat) dan mendapati bahwa dia seolah tak lagi peduli dan tengah membangun mimpi-mimpinya sendiri. <br /></span>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-91526760378532463792009-02-23T11:37:00.003+07:002009-02-23T12:10:20.859+07:00Ads is YesterdaySetelah utak-atik template sekian lama, akhirnya space iklan di blog inipun bisa dihilangkan. Ya at the end, seperti inilah tampilan template blog yang bersih dari adverstisement. Lebih enak dipandang dan lebih mencerminkan pencarian hikmah :D.<span class="fullpost"><br /><br />Ups, tapi jangan kaget bila di waktu-waktu yang akan datang tampilannya berubah lagi. Memang saat ini pencari hikmah lagi seneng utak-atik tampilan. Saking asyiknya, sampai lupa posting tulisan. Kalo Anda pernah berkunjung ke sini serta pernah menulis komentar, tentunya Anda bisa melihat perubahan lain di sini selain space iklan yang sudah tidak ada. Yups, elemen lain yang berubah adalah form komentar.<br /><br />Memang sih salah satu kelemahan ngeblog di blogger adalah kotak komentar yang kurang visitor friendly sehingga pengunjung males untuk berkomentar di blog-blog yang berplatform blogger. Ini tentu saja berbeda dari blog yang berplatfrom wordpress. Di blog-blog yang saya sebut terakhir, kotak komentar sudah sangat visitor friendly sehingga pengunjung dapat dengan nyamannya berkomentar.<br /><br />Nah, dengan pertimbangan itulah akhirnya saya mencoba utak-atik form komentar di blog ini biar tidak sekaku aslinya. Setelah googling ke <a href="http://gudang-html.blogspot.com/2008/09/pesan-kotak-komentar-bergaya-wordpress.html">sana</a> <a href="http://afatih.wordpress.com/2008/08/27/cara-bikin-kotak-komentar-blogspot-seperti-wordpress/">kemari</a>, akhirnya komentar di blog inipun bisa diubah. Jadi, bagi pengunjung blog ini, jangan lagi sungkan menuliskan komentar Anda. Well, cukup segitu dulu. Saat ini pencari hikmah masih belum menemukan ghirrah ngeblog lagi. Tunggu saja dalam waktu-waktu dekat, saya akan memberi kado terindah di blog ini. Salam hangat... :)<br /><br /><br /><br /><br />P.S.: <span style="font-style: italic;">Bagi teman-teman yang ingin berkomentar tapi kesulitan karena tidak punya akun google atau wordpress atau yang lain, silakan pilih "ANONYMOUS" pada opsi scroll down yang ada di kotak komentar. Nice day...</span><br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-17575632779846093362009-02-19T01:18:00.001+07:002009-02-19T01:18:32.861+07:00DoaIni bukan posting yg disengaja. Hanya karena mata tak jua mau<br>terpejamlah tulisan ini tercipta. Tapi, tentu saja tidak seperti<br>tulisan lain yg membahas suatu fenomena, posting kali ini hanyalah<br>ungkapan hati yg sedang dirundung nestapa karena teraniaya. Dalam duka<br>itulah terucap doa "Ya Allah, jangan kau cabut nyawa mereka sebelum<br>mereka menyesali dan menaubati kedzaliman yg mereka lakukan pada kami.<br>Amien..."Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-13985791756270007742008-12-03T16:16:00.001+07:002008-12-10T09:14:37.420+07:00Si Bungsu yang TeraniayaBiasanya, menjadi anak bungsu merupakan anugerah. Kenapa demikian? Anak bungsu umumnya menjadi anak kesayangan orang tuanya. Apapun yang dimaui, pasti dipenuhi. Apapun keinginannya, pasti dikabulkan. Bahkan, selain dari orang tua, si bungsu juga biasanya menjadi muara kasih sayang kakak-kakak yang telah terlahir dahulu. Intinya, menjadi anak bungsu adalah jaminan kebahagiaan.<span class="fullpost"><br /><br />Kenyataannya, tidak selamanya menjadi anak bungsu selalu menyenangkan. Bertolak belakang dari pandangan umum bahwa menjadi anak bungsu merupakan anugerah, sebenarnya terlahir paling akhir bisa jadi merupakan sebuah bencana. Kalo Anda tidak percaya, baiklah lanjutkan membaca postingan ini karena tulisan semacam ini hanya terdapat di sini. Kalo ada di tempat lain, berarti itu postingan copy paste dari blog ini (mode narsis ON :D)<br /><br />Baiklah, saya tidak akan berpanjang lebar lagi. Akan saya upayakan untuk menjelaskan pendapat saya secara ringkas, padat, dan jelas. AKan tetapi, sebelumnya harus diingat bahwa yang akan saya tulis ini tidak berlaku umum. Ya seperti kata pepatah, di setiap teori pasti ada pengecualian. <br /><br />Well, tapi saya kok capek banget ya...? Yawdah dech, bahasan tentang si bungsu yang teraniaya ini akan saya lanjutkan kapan-kapan saja biar lebih komprehensif. Ditunggu ya.... <br /><br />(Selang tiga hari kemudian)<br /><br />Huff, rasanya dua hari sudah cukup bagi saya beristirahat. Kini tiba saatnya saya melanjutkan dan menyelesaikan tulisan ini. Siapa tahu ada yang sudah tidak sabar menunggu. (Narsis lagi... hehe).<br /><br />Sebenarnya, banyak alasan yang saya miliki sehingga saya berkesimpulan bahwa menjadi anak bungsu tidaklah menyenangkan akan tetapi justru menyakitkan. Namun, di posting kali ini saya tidak akan mengemukakan semua alasan yang saya miliki. Dua alasan saja saya rasa sudah akan bisa meyakinkan Anda bahwa memang menjadi anak bungsu tidaklah semenyenangkan seperti yang Anda bayangkan selama ini.<br /><br />Pertama, dalam sebuah keluarga dengan beberapa anak, anak bungsu pasti akan mendapatkan satu stigma yang tidak menyenangkan yakni selamanya ia akan dianggap kekanak-kanakan atau tidak dewasa. Stigma ini akan terus melekat pada anak bungsu mungkin hingga ajal menjemputnya (hihihi, tragis banget bahasanya. Ngeri sendiri saya membaca kalimat ini). <br /><br />Lho, emangnya mendapat stigma kekanak-kanakan akan membuat hidup jadi tidak menyenangkan? Ya iya lah... stigma kekanak-kanakan akan membuat hidup kita jadi sangaaat tidak menyenangkan. Kenapa? Karena stigma ini akan menjadi awal dan alasan tindakan dan perlakuan tidak menyenangkan yang akan diterima si anak di masa yang akan datang baik dari keluarga sendiri (termasuk di dalamnya orang tua dan kakak-kakak) maupun dari orang lain.<br /><br />Kok bisa demikian? Ya bisa lah... Sekarang coba Anda bayangkan. Jika Anda menganggap anak Anda atau adik Anda masih anak-anak, bagaimana perlakuan Anda pada anak atau adik Anda itu? Saya percaya, jawaban yang pertama kali akan Anda lontarkan adalah "saya akan menyayanginya sepenuh hati". Bagus, memang seorang anak kecil sangat membutuhkan kasih sayang orang tua dan kakak-kakaknya. Terus, kalo anak atau adik yang Anda anggap masih kecil itu punya keinginan yang berbeda dengan Anda, apa yang Anda lakukan? Kok diem? Bingung ya? Ayolah, ungkapkan saja isi pikiran Anda dengan jujur. Apa yang akan Anda lakukan jika kondisinya demikian?<br /><br />Nah, itu dia. Itulah penjelasannya kenapa mendapat stigma tak pernah dewasa tidak menyenangkan. Karena dengan stigma demikian, hakikatnya sebagian atau lebih dari kemerdekaan seorang anak sudah terenggut. Kok saya bisa berkata demikian? Iya, karena saya yakin saat seorang anak atau adik yang Anda anggap masih kanak-kanak memiliki keinginan yang berbeda dari keinginan Anda, maka yang akan Anda lakukan adalah berusaha dengan berbagai cara agar si anak mau mengubah keinginannya dan menuruti keinginan Anda. Iya kan? Kenapa demikian? Karena saat Anda menganggap anak atau adik Anda masih belum dewasa, maka Anda pasti akan beranggapan bahwa dia belum bisa memilah antara yang baik dan buruk. Akibatnya, saat pilihan anak berbeda dengan pilihan Anda maka Anda pasti akan menyalahkan pilihannya dan membenarkan pilihan Anda. "Kan dia masih kanak-kanak, sedangkan aku sudah mengenyam asam garam kehidupan". Pasti begitu gumama Anda dalam hati. Benar begitu tho? Ayo ngaku... <br /><br />Kedua, ada satu peraturan tak tertulis di masyarakat (khususnya masyarakat daerah tertentu. terutama di daerah K***s, hehehehe) bahwa anak bungsu berkewajiban menjaga orang tua. Nah, peraturan yang mewajibkan ini sangat-sangat-sangat tidak menyenangkan.<br /><br />"Lho, ini alasan yang tidak bisa diterima. Ini alasan yang sama sekali tidak ada landasannya. Apapun alasannya, menjaga orang tua harus dilakukan dengan penuh keihlasan, tidak boleh menggerutu atau mengeluh karena orang tua juga telah menjaga kita saat kita masih bayi. Jadi menjaga orang tua khususnya saat mereka sudah tua memang sebuah kewajiban sekaligus cara kita membalas kebaikan mereka". <br /><br />Saya yakin kebanyakan dari Anda akan menggerutu demikian dalam hati saat membaca alasan kedua yang saya kemukakan. Baiklah, saya tidak akan melarang Anda menggerutu. Tapi, sebelum Anda melanjutkan gerutuan, tolong dengarkan dulu penjelasan saya kenapa saya berpendapat demikian.<br /><br />Begini, memang benar menjaga orang tua saat mereka sudah tua adalah salah satu cara untuk membalas kebaikan mereka pada kita. Saya setuju seratus persen dengan ini. Bahkan, saya berani menyatakan bahwa kebaikan yang kita lakukan dengan cara melayani mereka saat mereka sudah tua masih lah jauh dari kebaikan yang mereka lakukan pada kita. Jika seumur hidup pun kita mengabdi dan melayani mereka, itu belum seimbang dengan kebaikan yang telah mereka lakukan pada kita. (Puas???)<br /><br />Jadi, saya tidak mempersoalkan kewajiban menjaga orang tua ini. Fokus saya adalah aturan tak tertulis tentang kewajiban ini yang seolah-olah 90 persennya hanya dibebankan pada anak bungsu. Ini yang tidak adil. Ini yang dzalim. Kok bisa? Iya, karena jelas bagaimanapun ini bukan hanya kewajiban anak bungsu. Menjaga dan melayani orang tua adalah hak dan kewajiban semua anak termasuk anak sulung, anak tengah, anak setengah tengah dan anak bungsu. Maka, membebankan kewajiban ini hanya pada anak bungsu, apalagi dengan alasan agama jelas merupakan tindakan tak adil yang merampas hak-hak anak bungsu.<br /><br />Masih bingung dengan alasan kedua ini? Baiklah, akan saya perjelas dengan contoh. Bayangkan, Anda adalah anak sulung, atau anak kedua, atau anak ketiga (pokoknya jangan anak bungsu) dari sebuah keluarga. Bayangkan, suatu saat Anda jatuh cinta pada seseorang yang kebetulan berasal dari luar kota. Anda sangat mencintai dia dan diapun mencintai Anda. Dia mau menikah dengan Anda akan tetapi tidak bisa tinggal bersama dengan orang tua Anda karena pekerjaannya di luar kota. Nah, pada saat demikian apa yang akan Anda lakukan? Saya yakin Anda akan menerima syarat itu dan melanjutkan niat Anda untuk menikah dengan orang yang Anda cintai itu meski setelah menikah Anda berdua tidak lagi harus bersama dengan Orang tua Anda. Kenapa Anda berani mengambil keputusan semacam ini? Lagi-lagi saya yakin karena Anda merasa tidak berkewajiban untuk menjaga orang tua. "Toh, masih ada adik saya". Saya yakin Anda berpikir demikian. AYo ngaku.....<br /><br />Sekarang, bayangkan Anda dan adik-adik Anda selain si bungsu sudah menikah dan keluar dari rumah orang tua (meskipun tidak keluar kota). Suatu ketika adik bungsu Anda jatuh cinta pada seseorang yang juga berasal dari luar kota dan kerjanya pun di luar kota. Adik Anda sangat mencintai orang itu dan begitu pula sebaliknya. Dan mereka pun siap untuk menikah. Nah, sebagai kakak, apa yang akan Anda lakukan dalam keadaan demikian? Apakah Anda akan dengan serta merta menyetujui pilihan Adik bungsu Anda itu?<br /><br />Nah, iya kan? Anda pasti tidak akan begitu saja menyetujui pilihan adik bungsu Anda. Jika Anda seorang yang ekstrim, bisa jadi Anda akan secara mentah-mentah menolak pilihan Adik Anda itu. Anda mungkin akan berargumen ini itu untuk menguatkan penolakan Anda dan agar terdengar rasional. Padahal, saya yakin di dalam hati Anda takut jika adik Anda jadi menikah dengan orang luar kota, maka bisa jadi dia ikut keluar kota. "Kalau demikian, siapa yang akan menjaga orang tua". Pasti, Anda berpikir demikian. Ngaku-ngaku.... (hehehehe)<br /><br />Pertanyaannya, jika Anda boleh memutuskan untuk menikah dengan seseorang dan kemudian meninggalkan rumah, kenapa Anda melarang adik bungsu Anda untuk melakukan hal yang sama? "Lho, dia akan anak bungsu. Dia harus menjaga orang tua" Nah, ketahuan kan alasan Anda. Berarti benar kan bahwa menjadi anak bungsu tidak menyenangkan karena ia dibebani oleh kakak-kakak dan masyarakat sekitarnya untuk memikul tanggung jawab menjaga orang tua.<br /><br />Udah ah, cukup segitu dulu postingan kali ini. Kalo, tidak sepakat dengan pendapat saya, silakan kasih komentar.... Bye....<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-75844838769535022882008-12-03T13:55:00.000+07:002008-12-03T13:56:43.389+07:00Sedikit tentang Maryamah KarpovIni bukan review buku atau kritik sastra apalagi spoiler. Ini hanyalah kilasan-kilasan gagasan yang muncul di kepala saya dan ingin segera dicurahkan. Dan kebetulan pemicu gagasan ini adalah buku terakhir Pak Cik Andrea Hirata yang tentu saja berjudul Maryamah Karpov.<span class="fullpost"><br /><br />Di posting terdahulu kala saya pernah menyebutkan bahwa sebenarnya buku terakhir dari tetralogi laskar pelangi akan dirilis pada bulan April yang lalu. Ya maaf. Dulu saya berani menulis demikian bukan tanpa alasan. Waktu itu kabar yang beredar memang begitu. Bahkan, saat saya bertandang ke rumah mayanya Pak Cik Andrea Hirata, informasi valid tentang rilis buku Maryamah Karpov ya memang pada bulan April. Tapi, ternyata dan faktanya buku ini baru rilis akhir bulan November. Ya bukan salah saya dong. Tapi salahnya penerbit, ngapain ditunda-tunda. Tapi, meski ditunda rilisnya, Anda tidak akan kecewa kok kalo beli buku ini meski dibanding tiga buku sebelumnya harga buku terakhir ini terbilang mahal.<br /><br />Baiklah, seperti yang sudah saya bilang di atas, tulisan ini bukanlah review buku Maryamah Karpov. Sekali lagi saya tegaskan: Ini bukan review! Posting ini hanya akan mengulas tentang judul yang digunakan yakni "Maryamah Karpov". <br /><br />Jujur saja, ketika dulu membeli tiga buku lainnya, saya berpikir dalam hati kenapa buku terakhir diberi judul "Maryamah Karpov". Luar biasa, baru judulnya saja sudah membuat saya penasaran. Kok penasaran? Ya iyalah. Gimana gak penasaran kalo ada nama aneh samacam itu. Coba bayangkan: MARYAMAH KARPOV. Apakah mendengar nama ini telinga Anda tidak merasakan apa-apa? Kalo tidak mungkin memang Anda yang kurang peka. Sebab, Maryamah Karpov memang bukanlah nama khas Indonesia. Kalo Maryamah si emang Indonesia banget. Tapi Karpov? Setahu saya ini nama Rusia. Tahu kan Grand Master catur "Anatoly Karpov"?. Emang nama yang aneh kan? Jadi, boleh dong kalo saya penasaran. Pasti Anda juga iya.<br /><br />Nah, jujur lagi, dulu saya menebak-nebak bahwa Maryamah Karpov ini adalah A Ling. Ya secara di edensor kan Ikal begitu rupa mencari-cari keberadaan A Ling sampai melintasi Eropa dan Afrika. Masih ingatkan bagaimana di Rusia Ikal begitu kuatir karena mendengar A Ling menjadi favorit di sebuah rumah bordil yang ternyata adalah merek obat kuat? Ketika membaca bagian ini saya menduga bahwa A Ling memang berada di Rusia dan karena satu dan lain alasan mengganti namanya menjadi Maryamah Karpov.<br /><br />Ternyata saya telah tertipu dan ditipu oleh Pak Cik Andrea karena ternyata judul Maryamah Karpov tidak ada kaitannya sama sekali dengan petualangannya di Eropa. Ternyata (lagi) novel ini dijuduli demikian karena fokus kelucuannya adalah seputar nama. Iya, Anda akan dibuat tertawa terbahak-bahak hanya dengan membaca nama-nama tokoh yang diceritakan di novel ini. Jangan tanya kenapa. Karena saya tidak akan menjawabnya. Biar tahu, silakan Anda pergi ke toko buku dan siapkan uang 80 ribu rupiah. Setelah itu bacalah dengan sabar. Niscaya Anda akan tahu apa yang saya maksudkan. Selamat membaca. <br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-65518342763335803922008-12-03T10:33:00.001+07:002008-12-03T11:16:27.683+07:00DisclaimerTerpaksa saya mengikuti jejak salah satu rekan saya untuk membuat disclaimer di blog ini. Saya katakan terpaksa karena memang sebetulnya saya tidak ingin melakukannya (Ya iya lah, kalo ingin ya bukan terpaksa namanya). Sebetulnya saya masih ingin terus menjadi pencari hikmah. Ingin rasanya tiap hari saya menuliskan petualangan saya di rimba kehidupan ini dan berbagi hikmah dari setiap peristiwa dengan Anda semua. Jujur, saya merasa sangat bahagia bisa berbagi sesuatu (hikmah - red) yang mungkin bagi sebagian orang tidak kelihatan. Memang benar, kita akan lebih merasa bahagia saat kita memberi, bukannya menerima (wuih kok masih sok berhikmah-hikmah gini).<span class="fullpost"> Namun, apa daya perjalanan hidup memang tidaklah mudah. Banyak onak dan duri di kanan kiri. Kalo digambarkan, hidup ini lebih layak disamakan dengan jalan menanjak, berkelak-kelok, dan penuh dengan jurang terjal di kanan kiri. Itu hidup saya. Tapi saya yakin hidup Anda pun tidak jauh berbeda.<br /><br />Nah, karena pengalaman hidup yang menanjak dan penuh onak dan duri itulah akhirnya saya memutuskan untuk tidak lagi menjadi pencari hikmah. Apakah Anda bertanya mengapa? Hmm, jawabannya singkat. Karena, meskipun saya bisa mengambil hikmah dari segala yang terjadi pada diri saya, toh hikmah itu tidak menjadikan saya lebih bijak. Kok bisa? Iya bisa lah, masak ya bisa donk. Karena sejauh ini saya hanya rajin mencari hikmah tanpa mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Misalnya, saya tahu bahwa Tuhan itu maha adil. Saya meyakini itu. Tiap kali ada hal-hal tidak menyenangkan yang menimpa saya, saya selalu mengacu pada hikmah di atas yakni bahwa tuhan maha adil. Akan tetapi, tahukah Anda bahwa meski dengan pengakuan yang begitu tulus bahwa Tuhan maha Adil, toh tiap kali tertimpa masalah hati masih saya masih selalu bertanya-tanya "Kenapa Tuhan tidak adil? Kenapa tuhan tidak adil pada hambaNya yang mengakui bahwa Dia maha adil?" Begitulah. Jadi, pengetahuan saya akan keadilan tuhan itu masih hanya sebatas kata-kata. Dan karena pemahaman saya masih sebatas kata-kata itulah sehingga saya bisa membaginya dengan Anda.<br /><br />Karena itulah mulai sekarang saya akan berhenti menjadi pencari hikmah. Di blog ini saya tidak lagi akan menuliskan pengalaman-pengalaman dengan hikmah-hikmah eksplisit. Sebaliknya, blog ini mulai saat ini hanya menjadi menjadi tempat saya menumpahkan isi kepala. Saya tidak mau lagi melabeli apapun yang saya tuliskan di sini dengan hikmah. Pokoknya apapun yang terlintas di kepala saya, dan saya berhasrat untuk menuliskannya, maka di blog inilah curahan isi kepala saya akan berlabuh.<br /><br />Jadi, bagi Anda pengunjung setia blog ini (emang ada ya...?) mulai sekarang jangan berharap untuk mendapati postingan-postingan sok bijak. Saya jamin postingan-postingan semacam itu tidak akan lagi Anda dapati di sini karena mulai saat ini blog ini akan berubah. Ya, saya tidak mau lagi sok bijak. Di sini, saya akan menjadi diri sendiri seutuhnya. Kalo saya merasakan hidup saya berat dan saya ingin mengeluh, maka yang akan akan jumpai di sini adalah postingan keluhan. Kalo saya sedang marah pada keadaan ataupun pada diri sendiri, saya akan meluapkannya di sini. Begitu dech.....<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-13930841959448077202008-11-07T17:07:00.007+07:002008-11-07T17:34:11.540+07:00Doa Yang Aneh, Isn't It?Barusan iseng-iseng blogwalking. Ketemu satu blog yang lagi "jengkel" sama Hanung Bramantyo lantaran film besutan terbarunya yakni "Doa Yang Mengancam" dianggap sama sekali tidak bagus. Eitss, tapi bukan itu yang ingin saya bahas di sini secara saya terlalu sering dikecewakan sama film-film Indonesia. Jadi, gak perlulah saya membahas film Indonesia di sini, apalagi menjelek-jelekkan. Kasian kan, udah jelek dijelek-jelekin.<span class="fullpost"><br /><br />Walah, kok jadi ngalur ngidul gini. Hmm, intinya gini, dari hasil blogwalking saya itu, ada satu doa yang menurut saya emosional tapi lucu. Selengkapnya doanya di bawah ini:<br /><br /><blockquote style="color: rgb(255, 0, 0);">Ya Tuhan, kalau dia memang jodohku, dekatkanlah… Tapi kalau bukan jodohku, Jodohkanlah….<br /><br />Jika dia tidak berjodoh denganku, maka jadikanlah kami jodoh… Kalau dia bukan jodohku, jangan sampai dia dapet jodoh yang lain, selain aku…<br /><br />Kalau dia tidak bisa di jodohkan denganku, jangan sampai dia dapet jodoh yang lain, biarinkan dia tidak berjodoh sama seperti diriku…<br /><br />Dan saat dia telah tidak memiliki jodoh, jodohkanlah kami kembali…<br /><br />Kalau dia jodoh orang lain, putuskanlah! Jodohkanlah dengan ku….<br /><br />Jika dia tetap menjadi jodoh orang lain, biar orang itu ketemu jodoh dengan yang lain dan kemudian Jodohkan kembali dia denganku…<br /><br />Amin</blockquote><br />Maaf, warnanya sengaja saya bikin merah, biar tambah sangar. Oya, gimana menurut Anda? Lucu kan? Memang lucu. Tapi, kalau Anda sangat mencintai seseorang, doa semacam itu jadi doa yang wajar. Nggak percaya? Baiklah, coba bayangkan Anda telah membina hubungan asmara dalam waktu yang sangat lama. Saat Anda siap untuk hidup bersama kekasih eh terjadi masalah. Ya masalahnya sih bisa macem-macem. Bisa jadi calon mertua menolak Anda, atau mereka tidak merestui, atau hubungan Anda tidak disetujui, atau oleh orang tuanya kekasih Anda dijodohkan sama orang lain (sama gak ya?). Nah, pada saat seperti itu pasti doa di atas akan menjadi doa yang wajar bagi Anda.<br /><br />Yach, akhirnya saya serahkan semua pada Anda. Mau memanjatkan doa seperti di atas atau cukup doa seperti ini:<br /><br /><blockquote style="color: rgb(0, 153, 0);">"Ya Allah, Engkau lah dzat yang maha mengetahui apa yang terbaik bagi hambaMu. Maka, tunjukkanlah kami jalan keluar terbaik atas persoalan yang sedang kami hadapi. Amien"<br /></blockquote><br />Silakan, doa mana yang lebih Anda sukai...<br /><br />PS: doa di atas yang berwarna merah sama copas dari <a href="http://utchanovsky.com/2008/10/doa-yang-mengancam-sucks/">sini</a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-6146885540118646602008-11-05T16:35:00.002+07:002008-11-05T16:44:19.073+07:00I Just Don't CareKadang, kita harus menyanyikan lagunya Melly Goeslow "I Just Wanna Say I Love You", tapi kadang kita juga terpaksa meneriakkan kalimat sebaliknya "I Just Don't Care". Tanya kenapa???Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-40018968223987162202008-11-05T00:21:00.002+07:002008-11-05T09:24:37.248+07:00Tentang Kawin Paksa Lagi :DSebetulnya, saya ingin melanjutkan kisah si kancil dan putri singa. Jangankan Anda, saya sendiri juga penasaran sama ending ceritanya. Swear! Gak tahu juga, akhirnya putri singa bisa benar-benar menikah sama si kancil ataukah mereka berdua harus berpisah. Semoga sih kisah ini berakhir bahagia. Amieen.<span class="fullpost"><br /><br />Tapi karena saya masih bingung bagaimana menyusun akhir cerita yang bahagia namun dengan cara yang senatural mungkin, akhirnya iseng-iseng saya buka statistik pengunjung blog ini. Eh, ternyata, tidak sedikit juga lho yang sampai ke sini lewat google dengan mengetikkan kata kunci terkait kawin paksa. Karena penasaran, saya coba juga googling untuk mencari tulisan-tulisan tentang kawin paksa. Hmm, ternyata banyak juga lho yang membahasnya. Yang lebih yahud lagi pembahasannya juga dari berbagai aspek. Jika Anda penasaran akan tulisan-tulisan tentang kawin paksa yang saya baca, silahkan klik link-link di bawah ini. Oiya, link-link tersebut saya dapat dengan keyword "sikap rasulullah terhadap kawin paksa". Ok dech, ini dia link-link yang saya maksud:<br /><br /><a href="http://www.komitsurabayaselatan2006.co.cc/2008/08/kala-nafas-cinta-terenggut-tanpa-daya.html">http://www.komitsurabayaselatan2006.co.cc/2008/08/kala-nafas-cinta-terenggut-tanpa-daya.html</a><br /><a href="http://www.rahima.or.id/SR/14-05/Khazanah.htm">http://www.rahima.or.id/SR/14-05/Khazanah.htm</a><br /><a href="http://andypermana.blog.friendster.com/2008/04/">http://andypermana.blog.friendster.com/2008/04/</a><br /><a href="http://pacaranislami.wordpress.com/2007/07/26/walau-bukan-siti-nurbaya/">http://pacaranislami.wordpress.com/2007/07/26/walau-bukan-siti-nurbaya/</a><br /><a href="http://www.kaylapustaka.com/content/view/6/5/">http://www.kaylapustaka.com/content/view/6/5/</a><br /><br />Nah, masih terkait sama kawin paksa, saya juga coba googling "menghadapi penolakan calon mertua". Mau tahu hasilnya? Silakan dech klik link-link berikut ini:<br /><br /><a href="http://www2.kompas.com/kesehatan/news/0404/30/131135.htm">http://www2.kompas.com/kesehatan/news/0404/30/131135.htm</a><br /><a href="http://alfaroby.wordpress.com/2007/11/29/cara-menghadapi-calon-mertua/">http://alfaroby.wordpress.com/2007/11/29/cara-menghadapi-calon-mertua/</a><br /><a href="http://pengusahamuslim.com/modules/smartsection/item.php?itemid=145&keywords=kelapangan">http://pengusahamuslim.com/modules/smartsection/item.php?itemid=145&keywords=kelapangan</a><br /><a href="http://incridiblog.com/2008/07/16/adsense-dan-calon-mertua/">http://incridiblog.com/2008/07/16/adsense-dan-calon-mertua/</a><br /><a href="http://keluargabahagia.epajak.org/vcd/penolakan/">http://keluargabahagia.epajak.org/vcd/penolakan/</a><br /><br />Ok, cukup segitu dulu ya. Semoga bermanfaat...</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-23377121280591971702008-11-03T00:34:00.002+07:002008-11-03T09:13:18.203+07:00Kancil dan Anak SingaSetelah bertemu dengan sang raja hutan, kancil tetap teguh dengan niatnya untuk menikahi putri singa. Mengetahui niat kancil ini, banyak hewan di hutan yang berpendapat bahwa kancil sudah mulai gila dan kehilangan kewarasannya. Wajar karena semua penghuni hutan tahu betapa kerasnya pendirian sang singa. Apalagi, mereka juga menganggap bahwa si kancil masih punya banyak kesempatan untuk mendapatkan istri yang tidak kalah dari anak sang raja hutan itu.<span class="fullpost"><br /><br />Mendengar cemoohan dari warga hutan yang menganggapnya gila, kancil sama sekali tak peduli. Bahkan, saat keluarga besar kancil mulai menunjukkan keraguannya untuk terus mendukung niat kancil menikahi putri singa pun, dia tetap meneguhkan niatnya itu. Di dalam lubuk hati yang paling dalam kancil tahu bahwa dirinya atau putri singa akan sama-sama bisa bahagia tanpa harus memaksakan diri untuk hidup bersama. Dia tahu bahwa meski perpisahan dengan putri singa akan menggoreskan luka yang sangat dalam di hatinya, luka itu bukan tak terobati.<br /><br />Namun, bagi kancil bukan hanya sekedar kebahagiaan yang ingin diraihnya. Yang ingin dia gapai adalah kebahagiaan hidup bersama orang yang selama ini telah begitu sabar menemaninya melewati kesulitan-kesulitan. Lebih dari itu, kancil juga tidak mau menjadi bagian dari golongan orang yang mudah mengucap janji semudah mereka melupakannya. Ya, kancil telah berjanji untuk menikahi putri singa apapun keadaannya dan bagaimanapun kesulitan yang akan dihadapinya untuk mewujudkan cita-citanya itu. Maka, selama putri singa belum menerima lamaran dan pinangan hewan lain, ia akan sekuat tenaga mempertahankan niatnya dan sekuat daya mewujudkannya. Dia telah berketetapan dalam hati bahwa perjuangannya akan berhenti saat putri singa menerima lamaran hewan lain dan menikah dengannya.<br /><br />Sayang, keadaan memang tak kunjung memihak pada kancil. Meski berbagai cara telah dia lakukan untuk mendapatkan simpati dan restu singa, toh restu itu tak jua ia terima. Malah, tekanan yang dirasakan oleh putri singa untuk segera menerima pangeran singa dari hutan sebelah untuk menjadi suaminya semakin hari semakin besar.<br /><br />Mengetahui betapa berat tekanan yang dirasakan oleh kekasihnya, kancil bermaksud menemui putri singa di tepat di hari ulang tahunnya. Maka kedua hewan yang sedang mengasihi dan menyayangi itu pun terlibat dalam perbincangan serius. Saking seriusnya obrolan mereka sampai-sampai canda tawa yang biasanya selalu mewarnai obrolan mereka hari itu seolah tidak ada. Dari detik ke detik putri singa hanya meneteskan air mata dan karenanya kancil pun tak kuasa untuk tidak berkaca-kaca.<br /><br />"Kanda, aku tak tahu harus bagaimana lagi. Aku sudah melakukan segala cara agar ayahanda dan ibunda merestui hubungan kita. Tapi, tak sedikitpun usahaku membuahkan hasil. Mereka tetap tidak peduli dengan perasaan kita," ucap putri singa sembari mengusap air mata yang meleleh di pipinya.<br /><br />"Iya dinda, aku paham betapa sulit posisimu saat ini. Aku tahu bahwa seberapapun besarnya cintamu padaku, mereka tetaplah orang tuamu. Maka sangat wajar jika engkau bingung harus memilih aku atau mereka" dengan tersendat-sendat kancil berusaha menenangkan perasaan putri singa.<br /><br />"Dan aku sangat memahami jika pilihanmu adalah antara kekasih dan orang tua, tentu bobot orang tua jauh lebih besar dari pada kekasih. Apalagi si kekasih itu aku yang hanya seekor kancil," ucap kancil dengan suara yang semakin terbata-bata.<br /><br />"Jangan bilang begitu kanda. Aku sangat-sangat mencintaimu meski engkau hanya seekor kancil. Bagiku engkau jauh lebih baik dari pada singa manapun di seluruh dunia ini" sergah putri singa yang menyadari perasaan kekasihnya sedang sangat terluka.<br /><br />"Dalam hidup yang hanya sekali ini, kanda, aku ingin mencintai satu hewan. Dan itu adalah engkau" ucap putri singa sambil menggenggam tangan dan menatap tajam wajah kekasihnya yang sedang terluka itu.<br /><br /><br />* Bersambung (ngantuuuks, udah malem bangetttts). Tunggu kelanjutannya ya. Paling besok udah ada. Gak janji tapi. hehehe</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-5688342566013053462008-11-02T22:16:00.012+07:002008-11-03T09:27:39.398+07:00Romantic Sorrow...<div style="text-align: center;"><span style="font-size:130%;"><span style="color: rgb(51, 51, 255);">Jangan Pisahkan</span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 204, 0);">Biar cinta </span><br /><span style="color: rgb(51, 204, 0);">Terhalang gunung dan samudera </span><br /><span style="color: rgb(51, 204, 0);">Aku tetap </span><br /><span style="color: rgb(51, 204, 0);">Memegang janjiku padamu </span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 204, 0);">Biar jurang </span><br /><span style="color: rgb(51, 204, 0);">Yang terjal ada di depanku </span><br /><span style="color: rgb(51, 204, 0);">Takkan goyah </span><br /><span style="color: rgb(51, 204, 0);">Sumpahku kepada dirimu </span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 204, 0);">Kita bagai bunga dan kumbang </span><br /><span style="color: rgb(51, 204, 0);">Hatiku pasti hatimu jua </span><br /><span style="color: rgb(51, 204, 0);">Namun mengapa ada saja </span><br /><span style="color: rgb(51, 204, 0);">Yang benci tulus cinta kita </span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 204, 0);">( korus ) </span><br /><span style="color: rgb(51, 204, 0);">Jangan pisahkan, aku dan dia </span><br /><span style="color: rgb(51, 204, 0);">Tuhan tolonglah, ku cinta dia </span><br /><span style="color: rgb(51, 204, 0);">Biarkan kami tetap bersama </span><br /><span style="color: rgb(51, 204, 0);">Di dalam suka dan duka... </span><br /></div><br />Ayo Tebak, di atas lirik lagunya siapa? Terus kenapa saya mempostingnya di sini? Bagi yang tahu, silahkan kasih komentar. Komentar terbaik akan saya jadikan topik posting selanjutnya... HeheheheUnknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-67233599565916479492008-11-02T13:18:00.003+07:002008-11-03T09:14:50.656+07:00Bencilah Rasa Benci<span style="font-style: italic;">Teruntuk SheDia…</span><br /><span style="font-style: italic;">Wahai makhluk terindah yang pernah kukenal</span>, ijinkan aku menuliskan hikmah yang baru saja kudapatkan. Hikmah yang secara tak sadar telah kau ajarkan kepadaku. Hikmah yang begitu penting artinya buatku sehingga ia mampu menenangkan jiwaku yang selama ini resah dan tak tahu arah.<span class="fullpost"><br /><span style="font-style: italic;">Wahai makhluk yang paling kuinginkan</span>, sungguh perbincangan terakhir kita telah menyadarkanku akan satu hal. Yakni, bahwa rasa benci adalah sumber dari segala sumber penyakit serta keburukan yang terjadi di dunia ini. Meskipun engkau tidak mengatakannya secara lugas padaku, aku tahu bahwa itulah maksudmu.<br /><br />Masih terngiang-ngiang di telingaku ucapanmu semalam. Masih kuhafal kata-perkata dari nasehatmu yang penuh amarah itu. Dan melalui tulisan ini aku ingin berterima kasih kepadamu karena tindakanmu telah membuka mata hati dan pikiranku untuk menerima kebenaran dan hikmah meski engkau harus melakukannya dengan amarah.<br /><br />Melalui tulisan ini pula, <span style="font-style: italic;">wahai makhluk yang kuidamkan</span>, ingin kusampaikan nasehatmu kepada seluruh dunia. Biar tidak hanya aku saja yang mengerti. Biar bukan aku saja yang bisa mengambil pelajaran. Dan biar bukan aku saja yang tahu betapa bijaknya engkau.<br /><br />Wahai alam, dengarkanlah dia yang semalam menasehatiku. Katanya, membenci tidak akan memberikan keuntungan apa-apa pada kita. Sebaliknya, ia hanya akan merugikan kita dengan satu dan lain cara. Hakikatnya, begitu dia berkata, kita tidak akan mampu menyakiti orang lain dengan cara membencinya. Justru, kita sendirilah yang tersakiti oleh kebencian kita. Itu pasti. Karena itu, dia melanjutkan, hanya satu perasaan benci yang boleh kita miliki, yakni membenci perasaan benci.<br /><br />Wahai alam, jika engkau masih belum memahami nasehat dia yang selalu kupuja, cobalah kau benci seseorang dan lihatlah siapa yang lebih tersakiti oleh kebencianmu itu, apakah orang yang kau benci atau dirimu sendiri. Kuucapkan selamat mencoba…<br /><br />Wahai SheDia, kutunggu nasehat-nasehatmu selanjutnya….<br /><br />Seperti yang biasa kita lakukan, ijinkan kututup tulisan ini dengan sepenggal lirik lagu kita: “<span style="font-weight: bold;">MORE THAN WORDS CAN SAY</span>”.<br /><br />P.S: SELAMAT ULANG TAHUN SEMOGA HARI-HARIMU SEGERA MENJADI HARI-HARIKU</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-23822612210424156692008-10-20T11:05:00.004+07:002008-10-20T11:47:19.003+07:00Tekuni Yang Kau Punya, Katanya<div style="text-align: justify;">Boleh dikata, penyanyi nyentrik yang satu ini adalah idola saya. Tiap kali dia mulai memainkan gitarnya dan menyanyikan lirik-lirik lagu baik lawas atau baru baik dangdut atau pop, saya selalu merasa hanyut. Oh, kebisaannya menyanyikan hampir semua genre lagu merupakan salah satu nilai tambahnya di mata saya. Akan tetapi yang paling utama adalah keseriusannya dalam memainkan musik dan menyesuaikan suaranya.<span class="fullpost"><br /><br />Hampir tiap kali keluar kota, tanpa sengaja saya ketemu dengannya. Dengan pakaian seadanya, dia biasa naik ke bis jurusan antar kota antar propinsi. Tak pernah kulihat dia bermain musik di situ sendirian. Hampir tiap kali berjumpa dengan saya, dia selalu bersama dengan seorang rekannya. Ya, ini dia nilai tambah lain yang dia miliki. Karena, jika dibandingkan, memainkan musik bersama seorang rekan tentu jauh lebih meriah ketimbang sendirian. Apalagi, rekan yang diajaknya itu juga selalu orang yang memiliki kepiawaian bermusik yang hampir sepadan dengan kamampuannya.<br /><br />Maka, tiap kali dia naik ke bis yang saya tumpangi, ada perasaan gembira yang saya rasa. Karena saya yakin, saat dia mulai menyanyi, tanpa saya sadari pasti saya akan ikut menyanyikan lirik-lirik lagu yang ia mainkan. Mungkin ada baiknya saya selalu membawa semua lirik lagu yang ada, mulai dari lirik lagunya peterpan, ungu, rhoma irama, elvi sukaesih, bahkan lirik lagunya the rollies, the beatles, koes ploes, dan lirik lagu lainnya. Ya biar saya bisa senantiasa ikut mengiringi alunan musik yang dimainkannya dengan sempurna.<br /><br />Yach, seperti yang sudah bisa Anda duga, dia bukanlah artis kampung, artis daerah, apalagi artis papan atas ibu kota. Dia hanya seorang pengamen yang beroperasi di terminal Purabaya atau Bungurasih, Surabaya. Tapi, saya bisa memberikan jaminan pada Anda, jika Anda bertemu dengannya, pasti Anda akan menikmati suguhan yang ia berikan. Sayang, saya belum punya kesempatan untuk bisa mengambil fotonya. Seandainya saya punya foto idola saya itu, tentu akan saya pasang di sini sebagai tanda penghargaan saya pada keseriusan berkaryanya. Karena, keseriusannya telah memberi saya inspirasi. Tanpa sepatah katapun, dia telah berhasil bicara telak ke hati saya. Apa gerangan yang dikatakannya? Dia berteriak kepada saya "<span style="color: rgb(0, 102, 0);">Untuk menjadi bermanfaat dan disukai, kita tak harus menjadi orang penting. Cukup seriusi saya apa yang engkau miliki. Maka, keseriusan kita akan menjadikan kita bermanfaat dan disukai...</span>."<br /><br />Ya ya ya, terima kasih pengamen idolaku.......<br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-80168517067927687192008-09-03T12:50:00.005+07:002008-10-20T11:52:33.331+07:00Dialog Singa dan Kancil<span style="font-size:100%;"><span style="font-family:arial;">"Katakan, kenapa engkau begitu gigih ingin menikahi putri kami?" Sang singa bertanya sambil menatap tajam ke arah si kancil.<br /><br />"Berawal dari rasa kagum pada putri Anda, timbul rasa suka. Begitu kuat perasaan suka itu sehingga sulit untuk diredam. Bahkan, saat saya berniat melupakan perasaan itu, justru semakin kuat keyakinan saya bahwa ini bukan lagi perasaan suka, tetapi sudah berubah menjadi cinta. Ya, saya sangat mencintai putri Anda." Jawab si kancil mantap.<span class="fullpost"><br /><br />"Maka, tidak ada cara lain bagi saya selain menyatakan perasaan ini pada putri Anda. Meski tidak langsung, akhirnya putri Anda menerima saya setelah ia yakin bahwa perasaan ini bukan main-main." Kancil melanjutkan jawabannya.<br /><br />"Setelah itu, kekaguman saya pada putri Anda semakin bertambah. Kelebihan-kelebihannya membuatnya semakin terlihat mempesona di mata saya" Kancil terus bicara seolah tak lagi mempedulikan sang singa di hadapannya.<br /><br />"Di antara banyak kelebihan putri Anda,kejujurannya tidak menutup-nutupi kekurangan adalah hal yang paling saya kagumi." Kancil semakin fasih bicara.<br /><br />"Benar, di hadapan saya putri Anda tidak hanya memperlihatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki. Dia juga secara jujur dan terbuka menunjukkan kelemahan-kelemahannya."<br /><br />"Dan, saya pun memperlihatkan kekurangan-kekurangan saya kepadanya sehingga jika sekarang ini putri Anda bilang bahwa dia sangat mencintai saya, itu bukan karena dia hanya tahu kelebihan saya. Dia sangat memahami kekurangan saya"<br /><br />"Jadi, saya dan putri Anda sudah sangat saling mengenal. Kami tidak hanya mengetahui kelebihan masing-masing. Yang lebih penting lagi, kami juga saling mengerti kekurangan masing-masing. Dan, dengan mengetahui kekurangan-kekurangan putri Anda saya tetap menyatakan bahwa saya sangat mencintai dia. Saya ingin menikahi putri Anda. Saya berjanji akan mencintai dia dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Saya yakin jika ditanya putri Anda juga akan bersedia saya nikahi karena dia mencintai saya dengan segala kekurangan dan kelebihan saya"<br /><br />"Bolehkah saya bertanya pak?" ucap kancil.<br /><br />"Apa?" jawab sang singa.<br /><br />"Kapan Anda akan menikahkan putri Anda dengan saya?" kancil bertanya dengan senyum tersunggih di bibirnya.<br /><br />"???? kami bahkan belum memberimu restu...!" kaget oleh pertanyaan kancil, sang singat sedikit berteriak.<br /><br />"Saya yakin Anda orang yang baik pak. Saya yakin Anda ingin membahagiakan putri Anda. Dan saya yakin bahwa Anda yakin saya bisa membahagiakan putri Anda. Jadi, kapan Anda akan menikahkan kami???"<br /><br /><br />*Bersambung.....<br /></span></span></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-2360213843391790142008-09-03T01:02:00.006+07:002008-10-20T11:57:28.844+07:00SepedaKejadiannya memang sangat cepat sehingga tidak ada yang bisa kulakukan.<br /><br />Setelah berhasil mendapatkan apa yang diinginkan perampok itu pun pergi sambil terbahak-bahak. Tampak tidak ada sedikitpun rasa kasihan pada bapak tua itu yang masih mendekap tangannya yang terluka oleh sabetan celurit para penjahat itu. Pupus sudah harapannya untuk membeli sepeda. Padahal keinginan itu sudah begitu lama dipendamnya. Sejak mulai membangun rumah tangga dua belas tahun yang lalu keinginan itu sudah bergelayut di sudut hatinya. <span class="fullpost"> Dalam batinnya ia membayangkan akan bisa mencukupi kebutuhan keluarganya jika berhasil membeli sepeda. Recananya waktu itu ia ingin berdagang ke desa-desa terpencil. Pakaian atau apapun yang penting bisa ia jual di daerah yang jauh dari tempat-tempat belanja. Dengan hasil seadanya, pikirnya, ia pasti akan bisa mencukupi kebutuhan istri dan anak-anaknya.<br /><br />Sedikit demi sedikit uang yang diharapkan itu pun terwujud. Tidak ada hari tanpa menabung. Mungkin kata itu pantas untuk menggambarkan keteguhan pak Sofyan mengumpulkan uang. Hasil jerih payahnya itu kini telah mencapai angka sepuluh juta, jumlah yang cukup untuk membeli sepeda baru. Namun apa mau dikata, sebelum dia sampai di dealer para penjahat telah keburu mendapatinya. Dan tanpa ampun uang itupun tanpa sisa diambil oleh mereka.<br /><br />Kasihan. Andai saja para penjahat itu tahu betapa susahnya mengumpulkan uang sebanyak itu, mungkin mereka tidak akan tega merampasnya dari tangan Sofyan. Lagi pula uang sejumlah itu jika dibagi empat dan dibelanjakan oleh orang yang tidak merasakan beratnya mencari pasti akan cepat habis. Ah, betapa tidak adilnya dunia. Orang yang telah bekerja keras mencari rejeki halal tiba-tiba harus merasakan kehilangan. Tapi, eit, tunggu dulu. Dari warung di pinggir jalan dimana penjahat telah berhasil menggasak uang pak Sofyan terdengar suara radio yang sedang menyiarkan berita. Dan salah satu isi beritanya telah menyadarkan pak sofyan akan kemahaadilan tuhan.<br /><br />“Pagi tadi seorang pengendara sepeda motor tewas menabrak tiang listrik di Jalan Gatot Subroto. Setelah diidentifikasi diketahui nama pengendara bernasib naas itu adalah Joko, 24 tahun. Menurut para tetangganya Joko memang masih belum pandai mengendarai sepeda. Kesaksian para tetangga korban itu dikuatkan oleh hasil identifikasi pihak yang berwajib bahwa sepeda itu masih tergolong baru.”<br /><br />Alhamdulilllah, hanya uangku hilang sementara nyawaku tidak melayang. Begitu pikir sofyan sambil mengulum senyum meski dengan tangan terluka.</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-62059417078325465632008-08-27T13:06:00.002+07:002008-10-20T11:59:42.110+07:00Kisah Kawin PaksaSeorang anak dipaksa oleh orang tuanya untuk menikah dengan calon pilihan mereka. Si anak telah memiliki pilihan sendiri. Cintanya pada pujaan hatinya begitu besar. Akan tetapi kecintaan pada orang tuanya dia rasa jauh lebih besar lagi. Maka, meski batinnya teriris-iris, dia membuang impiannya dan menuruti kehendak kedua orang tuanya.<span class="fullpost"><br /><br />Pujaan hati anak itu adalah seorang pemuda yang sangat rendah hati. Dia telah begitu banyak berkorban demi cintanya. Berulang kali dia membuang mimpinya sendiri demi rasa cintanya pada kekasih. Ketika kekasihnya memberi tahu bahwa dirinya sedang dalam dilemma, antara memilih cinta pada kekasih atau pada orang tua, si pemuda terdiam. Dalam hati dia begitu takut akan kehilangan kekasih yang sangat disayanginya. Akan tetapi, bagian hatinya yang lain memberitahunya bahwa bukan tindakan yang benar untuk mendapatkan cinta sang kekasih jika sang kekasih kemudian akan disebut anak durhaka. Dia berpikir bahwa pengorbanan terbesar dalam cinta adalah mengorbankan perasaan cintanya. Maka, jika selama ini dia telah begitu banyak berkorban demi kekasihnya, pengorbanan terpuncak dalam cintapun siap dia lakukan. Maka, kedua insan yang saling mencinta itupun berpisah dan berjanji untuk selalu saling mendoakan kebahagiaan pujaan hati mereka.<br /><br />Pernikahan tak terhindarkan. Si anak hidup bersama orang yang pada mulanya tidak dia cinta. Hanya rasa bakti kepada orang tua lah yang membuat dia rela hidup dalam keadaan seperti itu. Meski wajah kekasihnya tak pernah bisa lepas dari pelupuk mata, dia tetap menjalani hidup dengan suaminya.<br /><br />Hari berlalu, pasangan suami istri itu kini sudah hidup bahagia. Si anak, meski masih tetap menyimpan rasa cintanya pada pujaan hati, kini telah mulai bias mencintai suaminya. Karena memang si suami ini orang dengan kepribadian baik, maka diapun bias memperlakukan istrinya dengan penuh cinta. Maka, kebahagiaan akhirnya bisa menyelimuti kehidupan kedua insan ini.<br /><br />Saat melihat kebahagiaan yang dirasakan si anak, kedua orang tua si anak itu merasa bangga bahwa mereka telah berhasil membahagiakan anaknya. Mereka semakin menganggap bahwa keputusannya untuk memaksa anaknya berpisah dari kekasih yang dia cinta dan memaksanya menikah dengan calon pilihannya adalah tindakan yang benar. "Buktinya, sekarang anak kita bisa hidup bahagia dengan suaminya”. Begitu ucap mereka dengan sangat bangga.<br /><br />Tanpa diketahui dari mana datangnya, seorang pemuda tampan sudah berada di depan kedua orang si anak ini. Dengan pandangan sangat tajam, si pemuda berkata<br /><br />"Wahai orang tua, bukan tindakan kalian yang telah memaksa anak kalian menikah dengan pilihan kalian yang membut dia bahagia. Tindakan kalian itu tetap salah. Kalaupun anak kalian sekarang bisa hidup bahagia, itu karena balasan dari keikhlasannya mengesampingkan cintanya sendiri demi untuk berbakti pada kalian. Bukan tindakan kalian yang telah membuatnya bahagia. Sampai kapanpun, tindakan kalian ini adalah tindakan salah yang tidak hanya telah menyakiti hati dan perasaan anak kalian, akan tetapi juga telah menghancurkan hati seorang pemuda yang telah tulus dan penuh pengorbanan mencintainya. Kini, karena keikhlasannya pemuda itu pun hidup sangat bahagia. Semoga Tuhan menyadarkan kalian karena jika kalian mati dan pemuda itu belum memaafkan kalian, maka akhiratmu akan terbebani.”</span>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1719803304919122378.post-67685733380730651902008-08-26T16:06:00.004+07:002008-10-20T12:00:58.220+07:00IntrospeksiMaaf, postingan kali ini tidak akan panjang. Tapi, meski pendek insyaAllah ini ada gunanya. Berguna bagi saya dan berguna bagi Anda sekalian. Hanya saja, saya jamin ini tidak akan berguna kalau mata hati Anda sudah tertutup. Karena saya yakin hati kita semua tidak buta, maka kita akan mendapat manfaatnya.<span class="fullpost"><br /><br />Apa sih?<br />Tidak ada apa-apa. Saya hanya ingin bertanya pada diri sendiri (saya harap Anda pun menanyakannya pada diri Anda sendiri).<br /><br />Apakah kita benar-benar sayang pada seseorang saat keinginan kita pada orang itu tak terturuti kemudian kita marah kepadanya?<br /><br />Masih abstrak ya? Oke dech saya buat contoh konkrit saja...<br /><br />Well, kalau Anda adalah orang tua dari anak-anak Anda sendiri, apakah Anda bisa dikatakan benar-benar sayang pada anak Anda jika mereka (anak Anda) punya keinginan yang berbeda dari keinginan Anda dan Anda marah karenanya?<br /><br />Atau, apakah Anda masih bisa mengklaim diri Anda orang tua yang benar-benar menyayangi anak Anda jika Anda memaksa (benar-benar memaksa) anak Anda untuk menikah dengan pilihan Anda sementara dia sudah punya pilihan sendiri?<br /><br />Ah, sungguh tidak masuk akal Anda bisa mengklaim diri sebagai orang tua yang menyayangi anak Anda jika bahkan pilihannya pun tidak Anda hormati. Mungkin Anda merasa bahwa dalam segala hal pilihan Anda jauh lebih baik dari pada pilihan anak Anda. Akan tetapi, jika anak Anda tidak menyukainya dan kemudian Anda tetap memaksa apalagi tanpa mau tahu seperti apa pilihan anak Anda, maka sungguh Anda tidak pantas, dan tidak layak menyebut diri Anda orang tua yang menyayangi anak Anda.<br /><br />Kalau Anda beralasan bahwa ini demi kebahagiaannya, bahwa anak Anda pasti akan bahagia menikah dengan orang yang sudah mapan, taat beragama, terpandang, dan predikat baik lainnya yang mungkin benar ada pada calon pilihan Anda itu, maka saya yakin Anda perlu introspeksi. Coba renungkan kembali apakah semua predikat itu untuk kebahagiaan anak Anda ataukah demi kehormatan Anda. Karena, jika bagi Anda kebahagiaan anak Anda yang utama (bukan kehormatan Anda sendiri) maka Anda sebagai orang tua pasti rela mengorbankan apapun termasuk kehormatan Anda.<br /><br />Maka, wahai para orang tua, introspeksi sikap Anda. Meskipun Anda orang terpandang, bahkan kyai sekalipun, Anda masih juga manusia yang penuh nafsu di dalam diri.<br /><br />Akhir kata, bukti cinta yang sebenarnya adalah pengorbanan. Hanya mereka yang berani mengorbankan kepentingan sendiri lah yang layak disebut benar-benar mencintai. Dan, di antara pengorbanan terbesar adalah mengorbankan rasa cinta. Maka, demi cinta saya pun akan rela mengorbankan rasa cinta ini.....<br /><br />Bagi mereka yang merasa mencintai dan menyayangi orang lain padahal sebenarnya mereka hanya menyayangi diri mereka sendiri, hanya ada satu kata: SADARLAH...</span>Unknownnoreply@blogger.com0