"Katakan, kenapa engkau begitu gigih ingin menikahi putri kami?" Sang singa bertanya sambil menatap tajam ke arah si kancil.
"Berawal dari rasa kagum pada putri Anda, timbul rasa suka. Begitu kuat perasaan suka itu sehingga sulit untuk diredam. Bahkan, saat saya berniat melupakan perasaan itu, justru semakin kuat keyakinan saya bahwa ini bukan lagi perasaan suka, tetapi sudah berubah menjadi cinta. Ya, saya sangat mencintai putri Anda." Jawab si kancil mantap.
"Maka, tidak ada cara lain bagi saya selain menyatakan perasaan ini pada putri Anda. Meski tidak langsung, akhirnya putri Anda menerima saya setelah ia yakin bahwa perasaan ini bukan main-main." Kancil melanjutkan jawabannya.
"Setelah itu, kekaguman saya pada putri Anda semakin bertambah. Kelebihan-kelebihannya membuatnya semakin terlihat mempesona di mata saya" Kancil terus bicara seolah tak lagi mempedulikan sang singa di hadapannya.
"Di antara banyak kelebihan putri Anda,kejujurannya tidak menutup-nutupi kekurangan adalah hal yang paling saya kagumi." Kancil semakin fasih bicara.
"Benar, di hadapan saya putri Anda tidak hanya memperlihatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki. Dia juga secara jujur dan terbuka menunjukkan kelemahan-kelemahannya."
"Dan, saya pun memperlihatkan kekurangan-kekurangan saya kepadanya sehingga jika sekarang ini putri Anda bilang bahwa dia sangat mencintai saya, itu bukan karena dia hanya tahu kelebihan saya. Dia sangat memahami kekurangan saya"
"Jadi, saya dan putri Anda sudah sangat saling mengenal. Kami tidak hanya mengetahui kelebihan masing-masing. Yang lebih penting lagi, kami juga saling mengerti kekurangan masing-masing. Dan, dengan mengetahui kekurangan-kekurangan putri Anda saya tetap menyatakan bahwa saya sangat mencintai dia. Saya ingin menikahi putri Anda. Saya berjanji akan mencintai dia dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Saya yakin jika ditanya putri Anda juga akan bersedia saya nikahi karena dia mencintai saya dengan segala kekurangan dan kelebihan saya"
"Bolehkah saya bertanya pak?" ucap kancil.
"Apa?" jawab sang singa.
"Kapan Anda akan menikahkan putri Anda dengan saya?" kancil bertanya dengan senyum tersunggih di bibirnya.
"???? kami bahkan belum memberimu restu...!" kaget oleh pertanyaan kancil, sang singat sedikit berteriak.
"Saya yakin Anda orang yang baik pak. Saya yakin Anda ingin membahagiakan putri Anda. Dan saya yakin bahwa Anda yakin saya bisa membahagiakan putri Anda. Jadi, kapan Anda akan menikahkan kami???"
*Bersambung.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).