03 November 2008

Kancil dan Anak Singa

Setelah bertemu dengan sang raja hutan, kancil tetap teguh dengan niatnya untuk menikahi putri singa. Mengetahui niat kancil ini, banyak hewan di hutan yang berpendapat bahwa kancil sudah mulai gila dan kehilangan kewarasannya. Wajar karena semua penghuni hutan tahu betapa kerasnya pendirian sang singa. Apalagi, mereka juga menganggap bahwa si kancil masih punya banyak kesempatan untuk mendapatkan istri yang tidak kalah dari anak sang raja hutan itu.

Mendengar cemoohan dari warga hutan yang menganggapnya gila, kancil sama sekali tak peduli. Bahkan, saat keluarga besar kancil mulai menunjukkan keraguannya untuk terus mendukung niat kancil menikahi putri singa pun, dia tetap meneguhkan niatnya itu. Di dalam lubuk hati yang paling dalam kancil tahu bahwa dirinya atau putri singa akan sama-sama bisa bahagia tanpa harus memaksakan diri untuk hidup bersama. Dia tahu bahwa meski perpisahan dengan putri singa akan menggoreskan luka yang sangat dalam di hatinya, luka itu bukan tak terobati.

Namun, bagi kancil bukan hanya sekedar kebahagiaan yang ingin diraihnya. Yang ingin dia gapai adalah kebahagiaan hidup bersama orang yang selama ini telah begitu sabar menemaninya melewati kesulitan-kesulitan. Lebih dari itu, kancil juga tidak mau menjadi bagian dari golongan orang yang mudah mengucap janji semudah mereka melupakannya. Ya, kancil telah berjanji untuk menikahi putri singa apapun keadaannya dan bagaimanapun kesulitan yang akan dihadapinya untuk mewujudkan cita-citanya itu. Maka, selama putri singa belum menerima lamaran dan pinangan hewan lain, ia akan sekuat tenaga mempertahankan niatnya dan sekuat daya mewujudkannya. Dia telah berketetapan dalam hati bahwa perjuangannya akan berhenti saat putri singa menerima lamaran hewan lain dan menikah dengannya.

Sayang, keadaan memang tak kunjung memihak pada kancil. Meski berbagai cara telah dia lakukan untuk mendapatkan simpati dan restu singa, toh restu itu tak jua ia terima. Malah, tekanan yang dirasakan oleh putri singa untuk segera menerima pangeran singa dari hutan sebelah untuk menjadi suaminya semakin hari semakin besar.

Mengetahui betapa berat tekanan yang dirasakan oleh kekasihnya, kancil bermaksud menemui putri singa di tepat di hari ulang tahunnya. Maka kedua hewan yang sedang mengasihi dan menyayangi itu pun terlibat dalam perbincangan serius. Saking seriusnya obrolan mereka sampai-sampai canda tawa yang biasanya selalu mewarnai obrolan mereka hari itu seolah tidak ada. Dari detik ke detik putri singa hanya meneteskan air mata dan karenanya kancil pun tak kuasa untuk tidak berkaca-kaca.

"Kanda, aku tak tahu harus bagaimana lagi. Aku sudah melakukan segala cara agar ayahanda dan ibunda merestui hubungan kita. Tapi, tak sedikitpun usahaku membuahkan hasil. Mereka tetap tidak peduli dengan perasaan kita," ucap putri singa sembari mengusap air mata yang meleleh di pipinya.

"Iya dinda, aku paham betapa sulit posisimu saat ini. Aku tahu bahwa seberapapun besarnya cintamu padaku, mereka tetaplah orang tuamu. Maka sangat wajar jika engkau bingung harus memilih aku atau mereka" dengan tersendat-sendat kancil berusaha menenangkan perasaan putri singa.

"Dan aku sangat memahami jika pilihanmu adalah antara kekasih dan orang tua, tentu bobot orang tua jauh lebih besar dari pada kekasih. Apalagi si kekasih itu aku yang hanya seekor kancil," ucap kancil dengan suara yang semakin terbata-bata.

"Jangan bilang begitu kanda. Aku sangat-sangat mencintaimu meski engkau hanya seekor kancil. Bagiku engkau jauh lebih baik dari pada singa manapun di seluruh dunia ini" sergah putri singa yang menyadari perasaan kekasihnya sedang sangat terluka.

"Dalam hidup yang hanya sekali ini, kanda, aku ingin mencintai satu hewan. Dan itu adalah engkau" ucap putri singa sambil menggenggam tangan dan menatap tajam wajah kekasihnya yang sedang terluka itu.


* Bersambung (ngantuuuks, udah malem bangetttts). Tunggu kelanjutannya ya. Paling besok udah ada. Gak janji tapi. hehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).