Terpaksa saya mengikuti jejak salah satu rekan saya untuk membuat disclaimer di blog ini. Saya katakan terpaksa karena memang sebetulnya saya tidak ingin melakukannya (Ya iya lah, kalo ingin ya bukan terpaksa namanya). Sebetulnya saya masih ingin terus menjadi pencari hikmah. Ingin rasanya tiap hari saya menuliskan petualangan saya di rimba kehidupan ini dan berbagi hikmah dari setiap peristiwa dengan Anda semua. Jujur, saya merasa sangat bahagia bisa berbagi sesuatu (hikmah - red) yang mungkin bagi sebagian orang tidak kelihatan. Memang benar, kita akan lebih merasa bahagia saat kita memberi, bukannya menerima (wuih kok masih sok berhikmah-hikmah gini). Namun, apa daya perjalanan hidup memang tidaklah mudah. Banyak onak dan duri di kanan kiri. Kalo digambarkan, hidup ini lebih layak disamakan dengan jalan menanjak, berkelak-kelok, dan penuh dengan jurang terjal di kanan kiri. Itu hidup saya. Tapi saya yakin hidup Anda pun tidak jauh berbeda.
Nah, karena pengalaman hidup yang menanjak dan penuh onak dan duri itulah akhirnya saya memutuskan untuk tidak lagi menjadi pencari hikmah. Apakah Anda bertanya mengapa? Hmm, jawabannya singkat. Karena, meskipun saya bisa mengambil hikmah dari segala yang terjadi pada diri saya, toh hikmah itu tidak menjadikan saya lebih bijak. Kok bisa? Iya bisa lah, masak ya bisa donk. Karena sejauh ini saya hanya rajin mencari hikmah tanpa mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Misalnya, saya tahu bahwa Tuhan itu maha adil. Saya meyakini itu. Tiap kali ada hal-hal tidak menyenangkan yang menimpa saya, saya selalu mengacu pada hikmah di atas yakni bahwa tuhan maha adil. Akan tetapi, tahukah Anda bahwa meski dengan pengakuan yang begitu tulus bahwa Tuhan maha Adil, toh tiap kali tertimpa masalah hati masih saya masih selalu bertanya-tanya "Kenapa Tuhan tidak adil? Kenapa tuhan tidak adil pada hambaNya yang mengakui bahwa Dia maha adil?" Begitulah. Jadi, pengetahuan saya akan keadilan tuhan itu masih hanya sebatas kata-kata. Dan karena pemahaman saya masih sebatas kata-kata itulah sehingga saya bisa membaginya dengan Anda.
Karena itulah mulai sekarang saya akan berhenti menjadi pencari hikmah. Di blog ini saya tidak lagi akan menuliskan pengalaman-pengalaman dengan hikmah-hikmah eksplisit. Sebaliknya, blog ini mulai saat ini hanya menjadi menjadi tempat saya menumpahkan isi kepala. Saya tidak mau lagi melabeli apapun yang saya tuliskan di sini dengan hikmah. Pokoknya apapun yang terlintas di kepala saya, dan saya berhasrat untuk menuliskannya, maka di blog inilah curahan isi kepala saya akan berlabuh.
Jadi, bagi Anda pengunjung setia blog ini (emang ada ya...?) mulai sekarang jangan berharap untuk mendapati postingan-postingan sok bijak. Saya jamin postingan-postingan semacam itu tidak akan lagi Anda dapati di sini karena mulai saat ini blog ini akan berubah. Ya, saya tidak mau lagi sok bijak. Di sini, saya akan menjadi diri sendiri seutuhnya. Kalo saya merasakan hidup saya berat dan saya ingin mengeluh, maka yang akan akan jumpai di sini adalah postingan keluhan. Kalo saya sedang marah pada keadaan ataupun pada diri sendiri, saya akan meluapkannya di sini. Begitu dech.....
weleh-weleh....ada apa ini?
BalasHapuskalau boleh berpendapat, barangkali bapak sedang kecewa dengan diri sendiri ya? soalnya kesannya seperti itu
Haha, wah mas ahsanul karom ini memang jeli sekali. emang pada saat menulis posting ini saya lagi kecewa, tapi bukan pada diri sendiri melainkan pada keadaan. Sekarang sudah siap mencari hikmah lagi :D. Thanks for commeting ....
BalasHapus