Saya amat-amati, akhir-akhir ini di Negara saya Indonesia raya tercinta sedang mewabah satu penyakit yang menurut saya sih jauh lebih berbahaya dari sekedar HIV AIDS. Yach, setidaknya penyakit yang baru saya sebut terakhir sudah mulai ketemu obatnya. Anda pernah dengar kan kalau buah merah yang banyak terdapat di Papua kabarnya telah terbukti bisa menanggulangi efek mematikan dari penyakit paling fenomenal abad ini tersebut? Sementara, penyakit yang saya sebut pertama bukannya tidak ada obatnya. Obatnya sudah tersedia sejak lama, meski tidak dijual di apotik dan toko obat. Hanya saja tentu suatu obat tidak akan ada manfaatnya kalau tidak diminum tho? Nah, para pengidap penyakit ini hampir semuanya tidak menyadari bahwa diri mereka sedang mengidap penyakit, karena itu obat yang ada pun tidak diminum. Akibatnya, penyakit ini semakin mewabah dan semakin parah.
Anda pasti bertanya-tanya apa sebenarnya penyakit yang saya maksudkan. Baiklah, tidak usah ditunggu lama-lama, langsung saja akan saya beberkan pengamatan saya atas kejadian-kejadian yang berlangsung di sekitar saya, yang saya yakin juga terjadi di sekitar Anda.
Di sekitar tempat saya, terdapat dua golongan orang yakni kaya dan miskin. Saya yakin ini juga ada di sekitar Anda. Dua orang golongan ini memiliki gaya hidup yang berbeda (yang tentu dong :D). Aktifitas mereka berbeda, tempat bermain berbeda, pendidikan berbeda, bahkan sampai cara bicara pun berbeda. Jadi, hampir dalam segala hal kedua golongan ini berbeda. Akan tetapi, di antara begitu banyak perbedaan itu, terdapat satu kesamaan. Sayangnya, kesamaan ini tidak menjadikan kedua golongan menjadi dekat dan saling mengerti. Kesamaan di antara mereka itu justru membuat mereka saling menyalahkan. Apakah Anda bisa menerka apakah kesamaan itu? Tidak bisa? Baiklah, kesamaan itu adalah bahwa mereka sama-sama salah menggunakan dalil. Ha?! Maksudnya apa, maksude opo? Maksud saya begini: di dalam ajaran agama saya ada dua dalil untuk kedua golongan tersebut, kaya dan miskin. Kira-kira dalil pertama berbunyi ”Di dalam harta yang kau miliki, ada hak orang-orang miskin". Sedangkan dalil kedua berbunyi "Jangan sekali-kali kau menggantungkan hidupmu pada orang lain".
Nah, menurut Anda, apakah kedua dalil itu berlaku untuk kedua golongan? Ataukah hanya satu dalil saja yang berlaku untuk satu golongan sedangkan dalil lainnya tidak berlaku? Kalau memang hanya satu dalil yang berlaku untuk suatu golongan, kira-kira dalil mana yang seharusnya digunakan oleh golongan kaya, dan dalil mana yang seharusnya dipegang oleh golongan miskin?
Saya yakin Anda bisa menjawabnya dengan benar. Ya, masing-masing dalil di atas hanya berlaku untuk satu golongan. Dalil pertama seharusnya dipegang oleh golongan kaya, sedangkan dalil kedua seharusnya menjadi pegangan golongan miskin. Kalau kedua golongan tersebut bisa memegang dalil secara tepat, tentu tidak akan ada saling salah menyalahkan di antara kedua golongna itu. Orang kaya tentu akan tanpa diminta memberikan sebagian harta yang dimiliki untuk orang miskin yang membutuhkan. Sedangkan orang miskin tidak akan menggantungkan dirinya pada orang kaya dengan cara meminta. Bukankah kalau demikian yang terjadi, hidup akan seimbang. Tidak akan ada rasa saling memandang sebelah mata? Orang kaya tidak akan mengolok-olok yang miskin karena mereka tidak pernah meminta-minta. Dan orang miskin tidak akan membenci yang kaya karena mereka tanpa diminta telah menafkahkan harta yang dimiliki.
Nyatanya, yang terjadi tidak demikian. Kedua golongan itu sama-sama mengambil dan memegang dalil-dalil yang seharusnya menjadi pegangan golongan lainnya. Orang kaya menggunakan dalil kedua, sedangkan orang miskin mengambil dalil pertama. Maka, terjadilah fenomena yang sangat tidak nyaman dipandang mata. Orang kaya menjadi pelit. Saat ada peminta-minta, meski memberi, dalam hati mereka mengutuki si peminta. Sedangkan orang miskin menjadi tidak mandiri dan lebih suka menggantungkan hidupnya pada orang kaya. Ya, demikianlah dampak dari satu kesalahan: salah menggunakan dalil.
Itu baru satu contoh kejadian. Masih banyak kejadian lain yang disebabkan oleh kesalahan menggunakan dalil yang kalau semuanya ditulis dalam postingan ini anda tentu akan kehilangan semangat membaca karena saking banyaknya. Maka, lebih baik saya cukup memberikan satu contoh. Tugas Anda adalah mencari contoh-contoh lainnya. Dan, kalau Anda telah menemukan contoh lain, berbaik hatilah untuk mencantumkannya di dalam komentar. :D.
Akhirul posting (hehehe, niru siapa hayo ?!) mari kita memiilih dan menggunakan dalil yang benar.