12 Desember 2007

Kita Mampu, Ngapaian Bergantung Pada Orang Lain?

Berharap agar orang lain membuka jalan bagi kita adalah perbuatan yang sia-sia dan juga akan menimbulkan luka. Saat anda berharap mendapat sesuatu atau menjadi sesuatu, misalnya ingin menjadi seorang pesinetron, dan anda menggantungkan harapan itu pada seseorang yang anda kenal (apalagi orang yang tidak anda kenal), maka anda harus siap-siap untuk kecewa. Hanya sedikit dari orang seperti anda yang akan sampai pada tujuan semula. Kebanyakan dari orang semacam anda akan menerima kenyataan bahwa waktu anda terbuang dengan sia-sia.

Bagaimanapun dan dalam keadaan seperti apapun, yang paling peduli dengan anda adalah anda sendiri. Salah besar ketika anda berpikir bahwa orang lain lebih mementingkan diri anda dari pada kepentingannya sendiri. Meskipun kadang ada orang yang mau peduli pada keadaan anda, tidak berarti bahwa orang itu akan hanya mempedulikan anda dan tidak mempedulikan kepentingannya sendiri. Yang benar adalah sebaik apapun orang lain, ia hanya akan bisa membantu anda sebisanya. Dan, harus anda tahu, biasanya kemampuannya membantu kita masih jauh dari apa yang kita inginkan.

Dalam hal keinginan untuk menjadi pesinetron di atas, orang lain (sebaik apapun ia) hanya akan bisa membantu kita manakala ia punya waktu, tenaga, biaya, dan jaringan. Jika salah satu dari keempat hal tersebut tidak dimiliki, maka tentu ia akan kesulitan membantu kita. Dan, tidak boleh anda lupa, bahwa orang lain juga memiliki kepentingannya sendiri. Bagaimana mungkin orang lain akan membantu mempromosikan anda menjadi pesinetron jika ia sendiri sedang dililit masalah hutang. Apakah dalam keadaan seperti itu anda akan memaksanya untuk mempromosikan anda dan mengabaikan kepentingannya sendiri. Rasanya, meskipun anda paksa ia tetap akan mendahulukan kepentingannya sendiri. Baru setelah itu, MUNGKIN ia akan membantu mencari jalan bagi anda untuk menjadi pesinetron. Tentunya, jika anda telah mengandalkannya dan mempercayakan kepadanya cita-cita anda, anda pasti akan kecewa berat saat menemui keadaan seperti ini.

Nah, kekecewaan seperti ini akan terus menerus anda telan jika anda masih mengharapkan orang lain menjadi pembuka jalan bagi cita-cita anda. Karena itu, agar anda tidak menelan kekecewaan karena harapan yang terlalu tinggi pada orang lain, maka sebaiknya mulai sekarang jangan menyerahkan nasib anda pada orang lain. Kejarlah cita-cita anda dengan usaha sendiri. Ketika anda merasa menemukan orang yang bisa membantu, jangan seratus persen anda serahkan segalanya pada orang itu. Biarkan dia membantu, akan tetapi tetap anda yang paling agresif mengejar keinginan tersebut, bukannya berhenti karena anda merasa sudah ada orang lain yang bisa dipercaya.

Tapi, ada kabar baik bagi anda yang terbiasa menyerahkan nasib pada orang lain yang memang mau membantu. Perbuatan anda ini masih lebih baik. Lho kok? Iya, perbuatan semacam itu masih lebih baik dibanding menggantungkan diri pada orang yang tidak anda kenal dan tidak menyatakan kesediaannya untuk membantu anda. Apakah ada orang semacam ini? Banyak. Saat ini ada begitu banyak orang yang menggantungkan harapan pada orang lain padahal orang itu tidak ia kenal dan menyatakan kesediaan untuk mewujudkan harapan.

2 komentar:

  1. inspiratif juga yah...
    hm,,, saya pernah dengar ceramahnya Quraisy Syhab kalo kita sebenarnya lebih baik tidak menceritakan masalah kita kepada orang lain atau meminta bantuan orang lain selagi kita merasa bisa memecahkan masalah tersebut sendiri. sebab hal itu akan merepotkan orang lain saja. Akan tetapi ketika kita sudah pesimis, ya.....its oke ko.

    BalasHapus
  2. supay tidak kecewa, jangan terlalu menaruh harapan terlalu besar pada orang lain.orang lain juga punya masalahnya sendiri

    BalasHapus

Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).