Jaman telah berubah. Tidak seperti dahulu, kini serasa tidak ada beda antara malam dengan siang. Malam yang dulu diidentifikasi oleh suasana sepi kini sudah tidak sama lagi. Keramaian justru saat ini semakin banyak didapati ketika malam telah menjelang. Sampai pagi datang pusat-pusat hiburan malam sekarang buka dan memberikan berbagai macam suguhan yang memuaskan nafsu manusia. Ironisnya, sebagian tempat hiburan malam itu menjadi ramai karena menjadi tempat untuk melampiaskan nafsu para hedonis yang kebanyakan terkait dengan dunia seks dan obat-obatan terlarang serta minuman keras yang memabukkan.
Tentu hal seperti ini sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan keadaan sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu. Pada saat itu ketika malam telah datang hanya kesepian saja yang menyelimuti. Baru ketika pagi menjelang kegiatan manusia dimulai. Siang menjadi waktu yang paling dinanti karena pada waktu itulah manusia mencari nafkah dan mencari hiburan. Kini setelah sekian lama jaman berlalu, kebanyakan orang justru tidak senang ketika pagi datang karena dengan datangnya pagi berarti berakhirlah waktu mereka untuk bersenang-senang.
Akan tetapi, apakah para penikmat suasana malam hanya penganut hedonisme saja? Tentu saja jika kita menjawab pertanyaan itu setelah kita mengunjungi tempat-tempat hiburan malam maka kita akan mengiyakannya. Karena di tempat-tempat hiburan malam tersebut kita tentu hanya akan mendapati bahwa para pengunjungnya adalah mereka yang haus akan hiburan dan tidak bisa hidup tanpa itu semua. Para pengunjung tempat-tempat hiburan malam itu, meskipun tidak semuanya, kebanyakan adalah mereka yang menganut free seks dan hidup foya-foya. Sehingga, di tempat-tempat hiburan malam itu kita hanya akan melihat mereka yang sedang melampiaskan nafsu hewani mereka untuk menenggak minuman keras dan menggauli para wanita yang menjajakan diri. Maka, tidak salah jika kemudian kita menjawab bahwa orang-orang yang menikmati malam adalah mereka yang menganut hedonisme.
Namun, jika kita menjawab itu dengan membaca riwayat para sufi jaman islam awal maupun jaman islam pertengahan, mungkin jawaban kita akan sedikit berbeda. Sebagaimana tertulis di dalam riwayat para sufi seperti Robiah Al Adawiyah, Abu Yazid Al Bustami, Hasan Al Basri, dan lain sebagainya, malam adalah waktu yang paling dinantikan oleh mereka. Robiah misalnya, beliau selalu menghabiskan malamnya untuk bersujud menyembah sang Khalik yang olehnya disebut sang Kekasih. Jika satu malam saja terlewati tanpa menemui kekasihnya maka diapun akan sangat menyesal. Hal serupa juga dilakukan oleh para sufi lainnya. Mereka selalu menunggu dan menikmati waktu malam. Dengan membaca riwayat para sufi ini tentu jawaban kita atas pertanyaan di atas akan berbeda. Sebab, saat ini pun tentu masih ada manusia yang menikmati dan menghabiskan waktu malam untuk senantiasa menyembah sang Khalik, hal yang berseberangan dengan apa yang dilakukan oleh para penganut hedonisme di atas.
Sehingga, bisa disimpulkan di sini bahwa saat ini waktu malam menjadi sebuah pilihan: apakah akan dihabiskan untuk mencari hiburan dengan cara melampiaskan nafsu kebinatangan kita ataukah dengan mendekatkan diri kepadaNya. Keduanya sama-sama akan membuat kecanduan. Bedanya, yang pertama akan mengantarkan kita pada penyesalan sedangkan yang kedua akan membawa kita pada kebahagiaan. Terserah anda mau pilih yang mana karena anda sendirilah yang akan menanggung akibat dari pilihan anda tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).