07 Desember 2007

Saya dan Anda Sempurna

Saya termasuk orang yang beruntung. Ketika dilahirkan ke dunia ini, seluruh anggota tubuh saya lengkap. Tidak ada satu pun yang dikurangi. Tangan ada dua. Kaki dua. Mata dua. Telinga dua. Juga tidak ada yang ditambahi. Hidung saya satu. Mulut satu. Kepala juga satu.

Nah, ditambah dengan akal yang sehat maka sudah seharusnya kalau saya (dan anda) senantiasa memanjatkan syukur.

Tentu saja seharusnya bersyukur bukan merupakan hal yang sulit saya lakukan mengingat kesempurnaan yang diberikan kepada saya. Akan tetapi, kenyataannya tidaklah demikian. Memanjatkan syukur dengan kesungguhan ternyata memerlukan ilmu yang tidak sedikit. Di sini, yang saya maksud bersyukur dengan kesungguhan adalah meyakini sepenuh hati, tidak hanya di mulut, bahwa apapun yang saat ini menimpa kita, yang kita hadapi, adalah yang terbaik.

Lalu, kenapa bersyukur sulit dilakukan? Belajar dari pengalaman hidup saya sejauh ini, hal itu disebabkan oleh kenyataan bahwa kita semua selalu mengharapkan sesuatu yang lebih baik dari yang saat ini kita miliki. Kalau kita tidak punya sepeda motor, misalnya, kita pasti berharap untuk memiliki sepeda motor. Jika kita telah punya sepeda motor, kita pasti menginginkan mobil. Dan kalau kita sudah punya mobil, kita pasti menginginkan yang lebih baik dari mobil yang saat ini kita miliki.

Tanpa kita sadari, keinginan semacam itulah yang menyulitkan kita untuk bersyukur. Padahal, tanpa adanya rasa syukur kita tidak akan bisa merasakan kebahagiaan. Itu pasti. Setampan apapun saya, sekaya apapun saya, seterkenal apapun saya, jika saya tidak bisa bersyukur maka sampai kapanpun saya tidak akan bisa menikmati kebahagiaan. Mungkin saya merasa senang saat keinginan saya terpenuhi, akan tetapi rasa senang semacam itu tentu tidak akan bisa bertahan lama, karena saat ada keinginan yang baru saya pasti akan kembali merasa sengsara.

Nah, untuk itulah saya selalu mencoba menerima keadaan apapun baik itu terasa membebani atau terasa menyiksa sekalipun. Meskipun berat, saya tetap melakukannya. Dan tentu saja, dengan senantiasa mengingat betapa SEMPURNA keadaan saya dan dengan mencoba menahan keinginan-keinginan, bersyukur tidak terlalu sulit bagi saya.

Mungkin akan beda ceritanya jika keadaan saya tidak sesempurna saat ini. Mungkin kalau kaki saya hanya satu, atau lubang hidung saya tertutup semua, saya tidak akan bisa bersyukur. Akan tetapi saya berharap agar anda yang keadaannya tidak sesempurna saya, anda tetap bisa bersyukur. Saya bisa bersyukur karena saya berusaha menahan keinginan, selalu melihat kesempurnaan saya, dan membandingkan diri saya dengan anda. Nah, anda harus terus mencari cara untuk bisa bersyukur agar hidup anda terasa menyenangkan.

Saya bisa menduga betapa sulitnya hidup dengan kaki satu. Tentu kesulitan hidup yang anda hadapi dengan hanya kaki satu akan terasa semakin menyiksa kalau anda tidak bisa menerima keadaan tersebut dan mensyukurinya. Akan tetapi, karena bagaimanapun saya bukan anda, maka saya tidak bisa memberi tahu anda bagaimana agar anda bisa bersyukur. Anda sendirilah yang harus mencari caranya.

2 komentar:

Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).