05 Desember 2007

Rumput tetangga tidak lebih hijau

Hari ini saya merasa amat lelah dengan rutinitas. Sebenarnya, bukan sekali ini saja saya merasakan kelelahan, kejenuhan, dan mungkin kekesalan terhadap aktifitas rutin sehari-hari yang saya jalani. Perasaan seperti ini sudah sangat sering mengganggu kekhusukan saya menjalani waktu dan merenggut keceriaan saya untuk menikmati masa.

Dalam hati sering saya bertanya apakah hanya saya seorang yang mengalami hal seperti ini, bosan dengan kegiatan di depan mata dan menginginkan kegiatan lain yang sepertinya lebih menyenangkan. Ataukah orang lain juga merasakan hal serupa. Ah, dalam hal ini saya sudah melakukan kesalahan, yakni bertanya dalam hati. Kenapa saya bilang saya salah? Ya, karena ketika saya bertanya dalam hati tidak ada jawaban pasti yang saya dapatkan selain jawaban menerka. Sehingga apa yang saya lakukan selama ini, bertanya-tanya dalam hati, adalah sebuah kesia-siaan. Lho kok? Iya, sebab jawaban dari pertanyaan saya ini begitu mudahnya muncul setelah saya bertanya pada rekan-rekan saya. Andai sedari muncul di kepala pertanyaan ini langsung saya lontarkan pada orang lain, tidak saya tanyakan dalam hati sendiri, tentu saya telah mendapatkan jawabannya sedari dulu dan saya tidak menyia-nyiakan waktu untuk berpikir sendiri dengan hasil yang tidak pasti.

Lho kok jadi ngelantur. Oh ya, kenyataan menunjukkan bahwa perasaan bosan dan jenuh dengan keadaan diri, terutama dengan rutinitas sehari-hari juga dialami oleh orang lain. Thank God, saya masih normal seperti orang lain. Dan seperti yang saya alami, orang lain juga berpikir bahwa keadaan atau rutinitas orang lain masih lebih baik dan lebih menyenangkan dari keadaan atau rutinitas kita. Di sini pepatah "Rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau" terbukti.

Tapi, apakah benar rumput tetangga lebih hijau dari punya kita? Apakah benar keadaan dan rutinitas orang lain lebih menyenangkan dari keadaan dan rutinitas kita?

Kalau jawaban dari pertanyaan di atas iya, maka solusi untuk mengatasi masalah kejenuhan kita pada keadaan dan rutinitas akan jauh lebih mudah. Cukup lakukan saja aktifitas orang lain dan cobalah untuk hidup dalam keadaan seperti keadaan orang tersebut. Selesai! Bukankah menjalani rutinitas orang lain dan hidup dalam keadaan orang lain yang kita anggap lebih menyenangkan akan membuat hidup kita juga menyenangkan?

Masalahnya, belum tentu rumput tetangga benar-benar lebih hijau dari rumput di halaman kita. Bisa jadi hanya karena kita melihat rumput kita dengan cara menginjaknya dan mengamati rumput tetangga dari kejauhan sehingga pengamatan kita salah. Bukankah gunung-gunung terlihat begitu asri dari kejauhan? Bukankah bulan terlihat amat eksotis dari bumi? Tapi, apa yang terjadi saat kita mendaki gunung, warna hijau asri yang tampak dari jauh hilang entah kemana. Begitu pula, ketika Neil Amstrong menginjak bulan untuk pertama kali, terkuaklah fakta bahwa permukaan bulan tidak seindah yang selama ini dibayangkan orang. Begitu pula yang terjadi dengan rumput di halaman tetangga. Karena kita melihatnya dari jauh maka warna hijaunya terlihat begitu memikat. Seolah tidak terlihat kekurangan sedikitpun. Sedangkan rumput di halaman kita, karena kita melihat dengan menginjak di atasnya, kita tahu seluk beluknya, maka rumput kita terlihat begitu buruk rupa, sama sekali tidak indah.

Begitupun dengan rutinitas dan keadaan kita. Sebenarnya hanya karena kita tidak tahu sisi buruk dari keadaan orang lain sajalah sehingga kita merasa keadaan tersebut lebih menyenangkan. Sebaliknya, karena kita selalu fokus pada sisi buruk dari keadaan dan rutinitas kita sehingga hidup yang kita jalani terasa tidak menyenangkan. Jadi, tidak ada jaminan ketika kita menjalani rutinitas dan keadaan orang lain yang kita anggap menyenangkan maka kita tidak akan lagi merasa jenuh dan bosan, karena seperti yang telah saya katakan di atas semuanya hanya masalah sudut pandang. Ketika melihat keadaan diri sendiri kita menggunakan sudut pandang negatif, sementara saat mengamati kehidupan orang lain kita menggunakan sudut pandang positif.

Solusinya? Ya mari coba menggunakan cara pandang sebaliknya. Mari kita lihat keadaan kita pada sisi positifnya saja dan coba amati keadaan orang pada sisi negatifnya. Saya yakin jika kita bisa merubah cara pandang ini maka rumput tetangga tidak akan lagi terlihat lebih hijau. Sebaliknya rumput di halaman rumah kita lah yang selalu terlihat lebih hijau.

1 komentar:

  1. betul setiap orang punya masalahnya sendiri2 tidak perlu berusaha menjadi orang lain

    BalasHapus

Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).