24 Mei 2008

Dangdut: Banyak Penyanyi tapi Minim Komposer

Ya, itulah alasan pertama kemunduran musik dangdut. Selanjutnya, alasan kedua bagi semakin muramnya musik dangdut adalah kenyataan meski dengan semakin banyaknya kontes nyanyi dangdut yang tentunya pada akhirnya memunculkan penyanyi dangdut baru, orang-orang yang berkecimpung di wilayah musik ini jarang sekali yang berbekal kemampuan mencipta dan menggubah lagu. Dan, kontes-kontes yang saat ini ramai digelar seperti KDI, atau kontes-kontes yang lainnya memang hanya benar-benar melahirkan penyanyi dangdut baru. Tidak dengan serta merta lahir pula komposer musik dangdut baru.

Anda boleh tidak setuju dengan alasan kedua yang saya ajukan ini. Akan tetapi, Anda boleh melihat kenyataan. Lagu-lagu dangdut yang sekarang ini selalu dinyanyikan oleh para biduan hanyalah karya dari sedikit pencipta. Sebut saja, di antara pencipta itu ada Bang Haji Rhoma Irama, Imam S. Arifin, Mansyur S. Arifin, dan beberapa orang lainnya. Hampir semua lagi yang sekarang ini beredar di pasar musik dangdut adalah karya mereka. Akibatnya, saat kini mereka sudah beruban, usianya semakin bertambah dan masuk ke umur tak produktif lagi, amat wajar jika kemudian musik dangdut seolah-olah kehilangan talenta. Bisa dibilang lagu dangdut yang dinyanyikan saat ini tidak ada hasil karya cipta periode masa kini. Semua adalah ciptaan bertahun-tahun yang lalu yang kadang hanya didaur ulang. Maka, menurut saya jika gejala ini tidak segera di sadari oleh musisi dangdut, musik kebanggaan ini akan segera hilang.

Alasan ketiga bagi kemunduran musik dangdut, menurut saya, adalah kurangnya regenerasi talenta. Atau boleh dibilang tidak ada pembibitan yang dikelola dengan baik. Alasan ini tentunya masih berhubungan erat dengan alasan sebelumnya. Akan tetapi, ada hal baru di sini. Yakni, bahwa para musisi dangdut yang sudah mapan seolah-olah tidak mewariskan dan mengajarkan kemampuannya pada generasi berikut. Ini perlu diperhatikan karena musik dangdut memang berbeda jauh dari musik pop dan rock.

Coba Anda tengok di wilayah kedua musik tersebut. Kalau Anda memperhatikan dengan seksama, maka Anda akan melihat pembibitan terjadi meski tanpa dilakukan dengan sengaja. Ini terjadi di les-les vokal dan kursus-kursus musik. Selain itu, juga sering diadakan event berbagi ilmu oleh para musisi mapan pada musisi yang masih baru belajar. Contohnya, baru-baru ini Ridho Slank menggelar pelatihan gitar. Memang kalimatnya workshop bergitar, akan tetapi kalau dicermati, karena aliran musik Ridlo ini adalah Rock, maka yang diajarkanpun akan terkait dengan musik Rock. Nah, apakah Anda pernah melihat yang sama dilakukan oleh musisi dangdut? Khususnya saya pribadi, saya belum pernah melihat hal semacam itu.

Yang terakhir, tapi bukan yang paling tidak penting, kemunduran musik dangdut disebabkan oleh overflexibility yang dimiliki oleh musik ini (orang para musisinya). Yang saya maksud dengan overflexibility adalah kenyataan bahwa musik dangdut bisa dihasilkan dari musik apapun. Atau, lebih jelasnya, lagu apapun bisa didangdutkan. Ini yang saya maksud dengan overflexibility.

Anda tentu sering mendengar lagu-lagu rock atau pop yang dinyayikan dengan aransemen dangdut kan? Nah, kalau Anda cermati, hampir semua lagi aliran lain bisa dibawakan dengan aransemen dangdut. Memang, ini juga merupakan kelebihan. Dengan bisa menggubah lagu apapun menjadi lagu dangdut, berarti dangdut bisa dimainkan dimanapun dan kapanpun. Ya, memang demikian, akan tetapi kerugian yang diakibatkan oleh terlalu fleksibelnya musik dangdut ini justru lebih besar dari keuntungannya. Ya, betapa sering orang-orang sinis dengan musik dangdut hanya karena sebuah lagu, misalnya lagu jujur, dimainkan dalam irama dangdut? Nah, justru para penikmat musik akan menganggap musik dangdut bukan musik kreatif dan orginal karena hanya mengganti aransemen pun sebuah lagi bisa diubah menjadi lagu dangdut. Kalau para penikmat musik sudah beranggapan demikian dan menganggap rendah musik dangdut maka tentu mereka tidak akan mau lagi menjadi penikmat musik ini. Kalau sudah demikian, maka dangdut akan benar-benar dianggap sebagai musik kampuang jauh di mato.

Rasanya keempat alasan yang saya kemukakan di sini sudah cukup banyak. Wahai para musisi dangdut, ayo kembalikan kejayaan musik dangdut. Bergeraklah akan musik yang katanya asli negeri ini tetap lestari.

P.S. 1. Saya bukan seorang musisi dangdut hanya penggemar.
       2. Semua yang saya tulis di sini bukan hasil dari riset hanya pengamatan sembarangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).