25 Maret 2008

Antara Cangkul dan Kalkulator

Bagi seorang pedagang sebuah cangkul mungkin sama sekali tidak berarti dan berguna. Baginya yang lebih berguna adalah kalkulator dan timbangan karena kedua benda itu bisa memudahkan tugasnya dalam menjual barang dan menghitung harga. Sehingga apabila disuruh untuk memilih antara kedua kelompok barang tersebut dia pasti akan menjatuhkan pilihannya pada kelompok barang kedua, yakni kalkulator dan timbangan. Dia tentu tidak akan memilih cangkul karena barang ini tidak bisa membantu melancarkan pekerjaannya sebagai pedagang. Bahkan meskipun diberi secara gratis, dia mungkin tidak akan mau menerima cangkul pemberian itu.

Sebaliknya, bagi seorang petani cangkul tentulah jauh lebih berarti dari pada kalkulator dan timbangan. Baginya cangkul bisa mendatangkan uang. Dengan cangkul ia bisa mengolah sawah. Dengan cangkul ia bisa menanam tanaman yang kelak bisa dipetik hasilnya. Tapi apa yang akan ia dapat jika dia memilih kalkulator atau timbangan? Pak tani tentu akan berpikir bahwa meskipun bisa dipakai untuk menghitung biaya pengolahan dan untuk memperhitungkan hasil panennya, kedua benda itu tetap tidak akan berguna jika yang akan dihitung dan ditimbang tidak ada. Dengan kata lain, bagaimanapun juga dalam pandangan seorang petani alat untuk menumbuhkan tanaman jauh lebih berguna dari pada alat untuk menghitung hasil jerih payahnya.

Maka, si pedagang tidak boleh memaksakan pendapatnya bahwa kalkulator lebih berguna dari pada cangkul. Begitu pula sebaliknya, pak tani tidak boleh ngotot dan memaksa bahwa cangkul lebih berarti dari pada kalkulator. Jika ini terjadi maka bisa dipastikan pertengkaran tidak bisa dihindarkan.

Dari masalah cangkul dan kalkulator di atas bisa kita tarik kesimpulan bahwa belum tentu sesuatu yang dianggap penting oleh seseorang akan dipandang penting juga oleh orang lain. Sesuatu yang dianggap berguna oleh seseorang belum tentu dipandang berguna oleh orang lainnya. Karena pandangan seseorang mengenai penting tidaknya sesuatu dipengaruhi berbagai faktor. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi pandangan seseorang sering kali berbeda satu dengan lainnya. Sebagai konsekwensinya kita tidak boleh memaksakan pandangan dan penilaian kita terhadap sesuatu kepada orang lain. Yang bisa kita lakukan hanyalah sebatas menjelaskan alasan-alasan penilaian kita terhadap sesuatu kepada orang lain dan bukannya mengharuskan orang lain untuk memandang sesuatu dengan cara sama seperti kita. Sehingga, apakah orang lain akan mengikuti cara pandang kita atau tidak pada akhirnya akan tergantung pada apakah penjelasan kita bisa diterima dan diyakini oleh mereka atau tidak.

      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).