Baru-baru ini saya mengkhatamkan tiga buku dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Bagi anda yang merasa penggemar novel Laskar Pelangi saya yakin anda tahu judul ketiga buku ini. Ya. Betul! Judulnya adalah Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Edensor. Tepuk tangan buat anda semua. Wah, anda memang benar-benar penggemar Laskar Pelangi.
Nah, karena anda tahu judul ketiga buku yang sudah saya baca tentu anda juga tahu judul buku terakhir dari tetralogi ini yang belum saya miliki. Benar. Sekali lagi anda bisa menjawab dengan benar. Buku terakhir ini berjudul Maryamah Karpov. Menurut informasi yang saya dapat dari teliksandi saya di berbagai toko buku, novel terakhir ini akan terbit dan dilempar ke pasar bulan April mendatang.
Jadi, para fans Andrea Hirata, Anda harus bersiap-siap berebut untuk mendapatkan buku ini. Kalau perlu anda boleh kok menunggu di depan toko buku satu hari sebelum buku ini resmi dijual di toko buku. Atau, kalau anda masih khawatir tidak akan kebagian, anda boleh juga mendirikan tenda di depan toko buku-toko buku dua atau tiga hari sebelumnya. Bahkan, satu minggu sebelumnya juga nggak papa. Tapi kalau saya, saya tidak akan melakukan itu. meskipun saya termasuk penggemar mas Andrea (sok akrab…), saya tidak akan melakukan tindakan ‘gila’ semacam itu.
Kembali ke fokus hikmah kali ini, setelah membaca ketiga buku mas Andrea ini saya menemukan satu kesamaan antara dia dengan saya. Kalau anda menebak bahwa kesamaan saya dengan mas Andrea adalah sama-sama lulusan
He… he…he.., baiklah, sebenarnya kesamaan saya dengan mas Andrea adalah kami sama-sama penggemar Bang Haji Rhoma Irama. Anda ingat
Maka, membaca ketiga novel itu saya senyum-senyum sendiri. Bukan hanya karena saya bangga memiliki kesamaan dengan mas Andrea sebagai penggemar Rhoma Irama. Lebih dari itu, saya merasa geli dengan sikap orang-orang yang baru pulang dari luar negeri. Kebanyakan mereka sudah lupa dengan kebudayaan sendiri.
Untuk itu, saya sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Andrea Hirata. Bagi saya, menyebut nama Rhoma Irama di dalam novel anda dan menganggapnya idola merupakan bukti nyata bahwa Anda bukan kacang yang lupa akan kulitnya.
hmmm... coooooooolll, berarti andrea ke pemimpi-pemimpian dong, halah
BalasHapus