06 Maret 2008

Saya Sering Jadi Idola Indonesia

Oke guys, kini saatnya saya mengais-ngais hikmah lain dari hidup saya. Dan yang satu ini tentu akan membuat anda semua terpana, terpukau, terkagum-kagum, atau mungkin malah mengirikan saya. Ya, seperti judul yang saya pilih pada posting kali ini, saya memang pernah, tepatnya sering, lebih tepatnya lagi sering sekali, lebih tepatnya sangat sering sekali, menjadi idola dan menjadi pusat perhatian. Atau istilah ANTV nya, saya ini pernah menjadi seleb juga. Awas, jangan salah paham. Seleb yang ini kepanjangan dari selebritis bukannya selebor. He…..

Eh, ngomong-ngomong masalah selebritis, saya jadi ingat beberapa ustadz kita yang sering tampil di TV yang lama kelamaan jadi mirip selebritis. Tiap kali melihat mereka saya sering bertanya dalam hati “kok bisa ya seorang ustadz menjadi bintang iklan?” atau “kok mau ya ustadz mengajak pengguna handphone untuk ikut program sms berlangganan?” (Sori pak ustadz, bukannya ikut-ikutan program seperti itu jelek. Menurut saya yang baru belajar mikir ini, citra keustadzan bapak-bapak dan mas-mas yang dipertaruhkan. Ya, lagi-lagi menurut saya, lebih baik gak usah ikut-ikutan program sms berlangganan deh… udah cukup ngasih tausiyah lewat TV atau lewat buku aja… lebih gampang juga langsung mengena).

Walah, walah, kok jadi ngomongin ustadz segala saya ini. Oke stop, mari kita kembali ke topik semula. Biar tidak dimarahi mbah google.

Ya, saya sudah pernah dan bahkan sangat sering menjadi selebritis. Saat dulu dangdut masih merajai dunia permusikan Indonesia dan melambungkan nama Bang Raden Haji Oma Irama, saya pernah merasakan hidup sebagai superstar dangdut. Benar, saya pernah merasakan kehidupan sebagai punggawa Om Soneta ini. Saya pernah merasakan disorot kamera dan ditonton oleh jutaan pasang mata dari seantero persada nusantara Indonesia raya tercinta ini. Dan karena dulu OM Soneta yang digawangi oleh Bang Haji juga pernah disejajarkan sama band Rolling Stone, saya juga pernah tahu rasanya menjadi satu-satunya selebritis Indonesia yang sering diundang untuk tampil di luar negeri.

Pada saat yang sama saya juga pernah menjadi Iwan Fals, legenda hidup musik balada Indonesia. Sungguh, saya pernah menyanyikan lagu-lagu legendaris bang Iwan di stasiun televisi dan semua orang gegap gempita mengiringi suara saya. Saat satu lagu yang saya bawakan selesai, ternyata mereka tidak puas dan minta saya untuk menyanyikan lagu-lagu saya yang lainnya. Dan, alamak! ini terus menerus terjadi. Saya tidak bisa berhenti menyanyi karena penonton tidak memperbolehkan saya selesai. Akibatnya sehabis pertunjukan saya harus masuk rumah sakit karena radang tenggorokan saya kumat dan sangat akut. Tapi saya tetap bangga. Betapa banyak warga Negara Indonesia ini yang mencintai saya dan selalu menunggu-nunggu penampilan saya.

Terus, ketika panggung musik Indonesia dibanjiri oleh lagu-lagu jiran, Malaysia, saya juga pernah menjadi penyanyi Malaysia terpopuler saat itu. Ya, saya merasakan kehidupan Salim, vokalis grup Iklim Malaysia atau Amy yang notabene frontmannya grup Search. Waktu itu saya sangat bangga karena lagu-lagu saya setiap hari di putar di radio-radio swasta dan klipnya ditayangkan di TVRI setiap minggunya.

Selanjutnya, saat lagu-lagu jiran tergeser oleh lagu-lagu barat berbahasa Inggris yang melejitkan boysband kayak Boyzone dan Backstreet Boys, saya juga pernah menjadi bagian dari cowok-cowok ganteng ini. Saya ingat ketika dulu saya tour di Indonesia, tepatnya di Jakarta Convention Center Hall, banyak sekali kaum kartini negeri tropis ini yang minta foto bersama dan menyodorkan kaus atau bukunya untuk saya tanda tangani. Yang segolongan dengan Adam sih waktu itu tidak saya pedulikan. Mereka mau suka atau iri, saya tak peduli. Yang penting penampilan saya bisa menggegerkan kaum hawa negeri yang katanya multikultur dan multireligi ini.

Setelah itu, musisi-musisi muda Indonesia satu persatu bangkit meramaikan panggung musik tanah air. Penyanyi solo dan band-band berbagai aliran musik sedikit demi sedikit merebut hati penikmat musik nusantara. Pada saat itu saya pernah menjadi Sigit Base Jam, Armand Gigi, Fatur Java Jive, dan Fadhli Padi. Masih saya ingat, saya juga sempat menjadi Nugie, Katon, dan juga Galang Rambu Anarki. Tapi, entah kenapa ketika itu saya tidak pernah menjadi Nike Ardila, Poppi Merkuri, atau Mayangsari.

Sekarang anda percaya kan, kalau saya sudah pernah, lebih tepatnya sering, lebih tepatnya lagi sering sekali, dan lebih tepatnya lagi sangat sering sekali menjadi selebriti? Jadi, anda juga harus percaya donk kalau saya sudah tahu rasanya hidup menjadi pusat perhatian di manapun saya berada.

Sayangnya, sesering-seringnya saya merasa menjadi pusat perhatian saya masih lebih sering merasakan hidup sebagai orang yang sama sekali tidak dikenal yang saking tidak dikenalnya tetangga sebelah pun ada yang tidak tahu siapa saya. Sesering-seringnya saya merasakan gaduhnya kaum hawa saat saya muncul di hadapan mereka, saya lebih sering merasakan mereka tak peduli dengan kehadiran saya. Dan sesering-seringnya saya merasakan mendapat perlakuan istimewa, saya masih sering merasakan diperlakukan apa adanya dan bahkan semena-mena.

Anehnya, saya lebih suka tidak menjadi perhatian, tidak dipedulikan, dan diperlakukan apa adanya atau bahkan semena-mena. Tahu kenapa? Karena itulah hidup saya yang sebenarnya. Itulah saat saya tidak berpura-pura menjadi orang lain. Itulah saat saya menjadi diri saya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).