05 Maret 2008

Bukan Hilangnya Yang Kutangisi Hanya Caranya Yang Kusesali

Hari ini saya sedang kesal dengan sepeda motor saya. Bukan karena mogok. Bukan pula karena penampilannya jadi bobrok hingga mempermalukan saya di depan kolega. Tapi sepeda motor itu membuat saya harus merogoh uang tambahan yang tidak saya rencanakan sebelumnya.

Sebetulnya bukan uang yang harus saya keluarkan itu yang membuat hati dongkol. Karena jumlahnya memang kecil, meski saya tidak mengatakan sangat kecil karena kadang sejumlah itu sudah bisa menyelamatkan hidup saya. Tapi karena keluarnya uang itu dengan sebab dan cara yang sangat memukul.

He..he..he.., jangan khawatir, saya tidak dirampok kok. Mana ada perampok mau uang dalam jumlah kecil. Biasanya kan perampok maunya uang yang besar. Malah ada perampok yang hanya mau uang besaaaar sekali. Ya itu, si perampok negara. Perampok yang model gini ini kan ga mungkin tho mau uang dalam jumlah kecil dengan nominal di bawah seribu rupiah?

Uang saya itu juga tidak dicuri lho. Nasib sekali kalau ada pencuri uang sejumlah itu. Udah jumlahnya kecil, dosa pula. Tambah nasib lagi kalau pas melakukan aksinya itu si pencuri kepergok. Wah, pasti deh mukanya bakalan bopeng. Ih! Membayangkan uang saya yang tidak sampai seribu rupiah itu dicuri orang dan pencurinya kepergok terus dihajar ramai-ramai oleh massa sungguh membuat dada saya sesak. Ya, sesak karena mengingat sudah berapa banyak nyawa melayang hanya gara-gara jumlah harta yang tidak seberapa. Nyawa melayang hanya karena sandal rombeng. Juga yang mati karena sebatang rokok. Dan ngeri juga karena saya tidak bisa berbuat apa-apa melihat yang demikian itu… Dasar saya…

Dan yang jelas uang saya itu tidak jatuh. Dompet saya masih lumayan bagus dan saku celana saya tidak ada yang robek yang bisa menjadi jalan keluar uang itu untuk kabur dari kepemilikan saya. Dan ini dia pikiran buruk saya. Saya katakan pikiran buruk karena memang tidak baik. Bayangkan, saya berpikir lebih baik uang itu jatuh dan ditemukan oleh orang, dan akan lebih baik lagi jika yang menemukan itu orang yang hendak mati karena masuk angin akut yang untuk menyelamatkan nyawanya ia perlu uang receh. Ya, meskipun sama-sama lepas dari kepemilikan saya, cara ini lebih saya sukai dari pada cara yang benar-benar menimpa saya.

Jadi saya tidak dirampok, tidak jadi dicopet, dan uang saya tidak jatuh. Uang itu harus lepas dari saya hanya karena saat mengantar seorang saudara saya menghentikan sepeda motor di pinggir jalan yang diaku-aku sebagai lahan parkir. Bayangkan, saya sama sekali tidak meninggalkan sepeda. Maka dilihat dari sudut pandang manapun saya tidak bisa dikatakan memarkir sepeda kan? Dan lagi, saya melakukan itu, menghentikan sepeda motor, tepat di pinggir jalan raya di dekat sebuah kotak ATM. Di pinggir jalan raya! Tidak ada tanda apapun yang menunjukkan bahwa tempat itu adalah tempat parkir karena mana mungkin jalanan umum diaku-aku sebagai lahan parkir? Dan saat saya akan pergi dari tempat itu, si jukir sialan ‘menodong’ uang parkir pada saya. Coba beri tahu saya logika mana yang membenarkan tindakan si jukir ajaib ini.

Karena itu, saya marah, marah sekali. Tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa. Bukan lepasnya uang itu tetapi caranya yang menurut saya sangat dzalim yang membuat tensi darah saya meninggi. Sejak kapan seorang jukir bisa menarik biaya parkir padahal si empunya sepeda tidak parkir hanya berhenti sebentar dan itupun di pinggir jalan? Ah, sungguh saya tidak habis pikir.

Padahal, tadi pagi saya ketemu seorang pengemis tua. Dia menyodorkan tangan dengan menghiba saat bertemu dengan saya. Sungguh, ingin rasanya saya memberinya uang receh. Tapi karena sedang tergesa dan uang itu berada di dalam dompet dan dompet saya berada di dalam saku celana yang berkancing, saya tidak jadi memberi melakukan niat baik saya. Dan kini uang itu saya serahkan begitu saja pada seorang tukang parkir yang tidak melakukan apa-apa.

Ah, seandainya tadi saya mau meluangkan sedikit waktu untuk mengambil uang dan memberikannya kepada pengemis tua itu……

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).