04 Maret 2008

Tentang Tukang Pukul

Pernah dengar istilah “tukang pukul”? pertama kali mendengar istilah tersebut, apa yang anda bayangkan? Pria berotot dengan bobot besar berperawakan seperti petinju dan bermuka sangar. Mungkin demikian kebanyakan orang membayangkan. Tapi apakah anda pernah berpikir bahwa bayangan seperti itu tidak selamanya benar? Ya, sekarang ini tukang pukul tidak lagi hanya menjadi pekerjaan orang-orang dengan ciri di atas. Banyak orang yang jauh dari penampilan di atas kini juga berprofesi sebagai tukang pukul.


Fenomena berubahnya perawakan tukang pukul itu tentu saja tidak terjadi dengan serta merta tanpa sebab musabab. Pergeseran ini lebih banyak dipengaruhi oleh perkembangan jaman dan berubahnya kebutuhan. Faktanya, syarat memiliki tubuh besar dan berotot untuk menjadi tukang pukul terjadi di masa-masa lalu ketika orang hanya bisa ditakut-takuti oleh hal semacam itu. Ketika orang-orang akan bergidik melihat orang dengan cirri tersebut, ketika itu pula para bos memilih orang semacam itu untuk menjadi pengawal atau tukang pukul. Kini, ketika jaman telah berubah dan rasa takut tidak lagi hanya dipengaruhi oleh muka sangar, cara bos-bos merekrut orang-orang untuk menjadi tukang pukulpun berubah.

Di era kebebasan dalam berbagai hal dan dalam berbagai makna telah mendorong semua orang untuk tidak lagi takut pada gertakan. Jika ada orang yang berusaha menakut-nakuti dengan ancaman, orang-orang masa kini tidak lagi khawatir. Toh ada pihak penegak hukum yang bisa dimintai pertolongan. Sehingga, cara kerja para tukang pukul masa lalu yang biasanya menakuti-nakuti orang dengan ancaman bisa jadi malah akan merugikan bos mereka sendiri. Untuk itu, para bos harus memiliki cara baru menakut-nakuti. Cara baru ini tidak boleh membahayakan posisi mereka dan tentu saja harus membuat korbannya ketakutan. Cara-cara seperti ini tidak bisa dilakukan oleh para tukang pukul yang hanya mengikuti perintah bos. Kini tukang pukul juga diharuskan memiliki pikiran cerdas. Fisik dan tampang bukan lagi yang utama. Yang lebih penting dari semua itu adalah kecerdasan. Karena itulah, fenomena perekrutan tukang pukulpun berubah. Toh, menakut-nakuti orang kini cukup dengan membawa senjata api. Tanpa ba-bi-bu, tunjukkan pistol anda, maka target anda akan ketakukan. Tampang sangar tidak lagi diharuskan.

Nah, jika kriteria untuk menjadi tukang pukul yang notabene merupakan pekerjaan kasar terendah pun bisa berubah karena perkembangan jaman, maka hal yang sama pasti terjadi di bidang lain. Guru yang baik di masa lalu, belum tentu dianggap sebagai seorang guru yang becus di masa kini. Demikian juga, siswa teladan di masa lalu juga tidak mesti dianggap siswa teladan di masa kini. Karena itu, jika kita ingin selamanya sesuai dengan jaman, jangan pernah berhenti belajar. Dari waktu ke waktu kita harus melihat perkembangan jaman. Teruslah upgrade ilmu biar tidak dianggap sebagai bagian dari masa lalu. Bukankah amat menyakitkan jika kita dianggap hanya sebagai bagian dari masa lalu?

1 komentar:

  1. Sy jg penah jd tukang pukul...!!!
    Dan cara saya untuk menakuti ga pake senpi ga pake apa2..tp hanya pake kata ( AWAS...sy manusia yg tdk pernah knal takut...) dan stiap orang yg sy gertak,slalu ketakutan dan merasakan tdk ada kenyamanan.
    Kenapa..?karena sy punya trik tersendiri...tp pekerjaan itu tak berlasung lama..sy berhenti bekrja lantaran bos sy mati...

    BalasHapus

Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).