16 Maret 2008

Ternyata, Pikiran Berpengaruh pada Perasaan Lho... (Part I: Getting more serious)

Mungkin belum ada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan yang sebenarnya antara pikiran dan perasaan. Akan tetapi secara teoritis bisa dihipotesiskan bahwa keduanya saling terkait. Keduanya saling mempengaruhi. Tidak benar apabila ada pernyataan bahwa keduanya terpisah dan sama sekali tidak memiliki kaitan.

Tentu saja Anda berhak memendam keraguan atas hipotesis tersebut. Apalagi, sekali lagi, memang belum ada penelitian yang mendukungnya. Akan tetapi setelah membaca ilustrasi yang akan saya kemukakan, Andapun tidak perlu merasa malu untuk membuang jauh-jauh keraguan Anda.

Ilustrasi Pertama

Anda sedang berada di rumah seorang ahli jiwa untuk mengkonsultasikan masalah kejiwaan yang Anda hadapi. Kepada psikolog itu Anda mengatakan bahwa diri Anda selalu merasa takut untuk pergi keluar kota. Anda menjelaskan bahwa tiap kali Anda diajak pergi keluar kota, di dalam pikiran Anda selalau terbayang pada sekelompok orang berwajah sangar yang siap menghadang Anda dan tidak segan-segan membunuh Anda apabila permintaan mereka tidak Anda penuhi. Karena perasaan takut itulah Anda tidak pernah pergi keluar kota.

Mendengar penjelasan Anda psikolog tersebut mengajak Anda ke sebuah ruang di belakang tempat kerjanya. Di dalam ruangan itu terdapat selembar kayu yang tidak terlalu tipis dan juga tidak begitu tebal. Dengan tersenyum psikolog itu mempersilahkan Anda untuk berdiri di atas kayu itu. Bukan hanya itu, dia juga menyuruh Anda untuk melompat-lompat di atasnya. Setelah itu, Anda disuruhnya untuk menjauh dari lembaran kayu itu. Tanpa perasaan apa-apa Andapun mengikuti segala instruksinya.

Setelah Anda berada agak jauh dari kayu itu, psikolog itu menjelaskan pada Anda bahwa sebenarnya kayu yang baru Anda injak adalah sebuah penutup. Di bawah kayu itu terdapat sumur tua yang amat dalam yang di dinding-dindingnya dipenuhi batu-batu runcing. Sambil memberi penjelasan psikolog itu menggeser kayu. Maka Anda pun melihat bahwa apa yang tadi dijelaskan benar adanya. Mengetahui hal tersebut Anda pun menggigil ketakutan. Anda membayangkan apa jadinya seandainya tadi saat Anda berdiri dan melompat-lompat kayu itu patah. Maka Anda pasti sangat ketakutan dan tidak akan berani lagi disuruh berdiri di atas kayu itu apalagi diminta untuk melompat-lompat di atasnya.

Kenapa sekarang Anda ketakutan padahal sebelum psikolog itu memberi penjelasan Anda sedikit pun tidak merasa gentar? Semua itu karena pikiran Anda. Anda merasa ketakutan karena Anda memikirkan hal-hal mengerikan yang mungkin menimpa Anda apabila Anda berdiri di atas kayu itu. Kenyataannya, bahkan ketika Anda melompat-lompat di atasnya pun kayu itu tetap utuh dan Anda sama sekali tidak mengalami hal-hal yang mengerikan.

Begitu pula sebenarnya yang selama ini menimpa Anda sehingga Anda tidak berani ke luar kota. Karena pikiran Anda selalu membayangkan hal-hal buruk yang mungkin akan menimpa Anda ketika berada di perjalanan, maka perasaan Anda pun menjadi ketakutan. Perasaan takut tak beralasan ini kemudian memaksa Anda untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan buruk tersebut. Dan cara terbaik untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan itu adalah dengan tidak pergi ke luar kota. Padahal kalau saja Anda bisa memikirkan hal-hal yang menyenangkan yang mungkin akan Anda temui, bukannya hal-hal yang menakutkan, tentu Anda tidak perlu merasa takut untuk bepergian ke luar kota. (to be continued)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).